Tolak Full Day School, PMII Galang Tanda Tangan Di Puncak Penanggungan

Ancam Gelar Aksi Audiensi

Penerapan Full Day School (FDS) yang diatur dalam Permendikbud 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah dinilai menggusur kearifan lokal, sepeti Madrasah Diniyah, TPQ dan beberapa kegiatan lainnya.

Aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Raden Wijaya, Kota Mojokerto menolak penerapan FDS ini, mereka menggalang tanda tangan dipuncak Gunung Pawitra. Mereka membentangkan kain putih sepanjang tiga meter dengan tulisan “Tolak Full Day School” dengan dibubuhi ratusan tanda tangan para pendaki.

Ahmad Nur Qomari ketua komisariat Pmii Raden Wijaya kota Mojokerto mengatakan, Penerapan program FDS ini bisa berdampak pada pendidikan nonformal. “Kalau diterapkan, FDS akan menggusur kearifan lokal dan berdampak pada pendidikan nonformal, Seperti Madrasah Diniyah (madin), Taman Pendidikan Alquran (TPQ), dan pendidikan keagamaan di dunia pesantren.” Ungkapnya.

Menurut Qomari, FDS justru akan berdampak negatif bagi peserta didik, khusunya mereka yang selama ini sudah ada sejak lama, seperti pesantren yang sejak bertahun-tahun menjadi ruang pendidikan agama dan menata  menata akhlakul karimah. “Intinya, kami menolak keras FDS, dan meminta Permendikbud 23 Tahun 2017 tentang Hari Sekolah direvisi, kami juga akan menyerahkan hasil penggalangan tanda tangan ini, sekaligus melakukan audiensi.” Pungkasnya.(fafa)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :