Melejitnya harga telur di Mojokerto membuat Disperindag Kabupaten Mojokerto mengambil langkah-langkah by pass distribusi telor ke Pasar Tradisional. Salah satunya dengan menggandeng peternak ayam petelur besar di Mojokerto.
Bambang Purwanto, Kepala Disperindag mengatakan, kenaikan harga telur memang disebabkan meningkatnya biaya produksi, mulai dari pakan ternak, konsentrat dan biaya produksi lainnya. Namun pihaknya tetap akan mengajak para peternak untuk turun ke pasar secara langsung.
“Kita sedang koordinasi dengan para peternak telur di Mojokerto untuk langsung menjual ke pasar tradisional, sehingga masyarakat bisa langsung membeli dengan harga perusahaan,” ungkapnya.
Mengenai berapa harga yang akan dijual di pasar, kata Bambang, masih dalam tahap koordinasi dan belum diputuskan. “Masih belum bisa bicara soal harga, yang pasti lebih murah,” tambahnya.
Sementara data Disperindag Kabupaten Mojokerto, harga telur ayam di pasar-pasar tradisional saat ini masih relatif tinggi, berada di kisaran antara Rp 25 hingga 27 ribu per kilogramnya.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, kenaikan ini dipicu berbagai faktor, diantaranya naiknya biaya produksi, banyaknya peternak ayam petelur yang menjual ayamnya saat harga tinggi dan momentum puasa, lebaran dan pasca lebaran yang banyak kegiatan masal.
Melonjaknya harga telur juga terjadi di Surabaya bahkan hingga mencapai Rp 30 ribu per kilogramnya. Pemkot Surabaya sudah mengambil langkah dengan menggelar Operasi Pasar Mandiri, Jumat (13/07) yang menjual telur dengan harga Rp 22.500 per kilogram.(sma)
Baca juga :