Sekitar 3,5 juta jamaah haji dari berbagai penjuru dunia menjalani wukuf di Arafah, Senin 20 Agustus 2018. Termasuk 221 ribu jamaah haji asal Indonesia serta 1.336 jamaah haji asal Mojokerto.
Wukuf yang artinya berdiam diri sejenak ini merupakan rukun haji yang harus diikuti semua jamaah. Meskipun mereka yang sedang sakit keras pun harus dibawa ke Arafah atau yang dikenal dengan safari wukuf, mereka dibawa dengan menggunakan mobil ambulance.
Dalam wukuf ini, jamaah tinggal di tenda-tenda yang sudah disediakan untuk mendengar khutbah wukuf, berdoa bersama dan berserah diri. Ada beragam tema yang diangkat oleh masing-masing khatib.
KH Yahya Staquf, Katib Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, penceramah Wukuf di Arafah mengatakan, ada tiga tema pokok dalam haji yaitu menahan hawa nafsu, menghindari kemaksiatan dan membina kerukunan.
Sementara di khutbah wukuf di tenda Kloter 75 Mojokerto yang dipenuhi jamaah dari KBIH Al Rahmah Mojokerto dipimpin H. Winulyo dari pungging yang mengambil tema memohon ampunan dari Allah dan berserah diri.
Ditengah cuaca panas dengan suhu mencapai 42 derajat celsius, para jamaah dengan khidmat mendengarkan khutbah wukuf yang dilanjutkan dengan doa bersama. Isak tangis dan berlinang air mata menjadi hal yang biasa ketika jamaah sedang berwukuf di Arafah. Banyak ummat muslim yang rindu akan waktu wukuf di Arafah.
Menurut Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof Yunahar Ilyas, ada dua tempat yang paling mustajab bagi seorang muslim untuk berdoa kala menunaikan ibadah haji, yakni ketika sedang berwukuf di Padang Arafah dan bersimpuh di hadapan multazam, yakni dinding Ka’bah yang terdapat di antara Hajar Aswad dan pintu Ka’bah.(sma/udi)