Inspiratif, Kasus DB Marak, Pria Ini Bikin Alat Fogging Portabel

Dorong Masyarakat Dogging Mandiri

Dalam dua bulan terakhir ini, jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Mojokerto dan beberapa daerah di Jawa Timur cukup marak. Hal inilah yang menginspirasi Ahmad Masruri membuat alat fogging potable yang bisa dipakai dogging di sekitar rumah warga.

Informasi yang dihinpun suaramojokerto.com, pria berusia 36 tahun asal Desa Setono, Kecamatan Jenangan, Ponorogo ini terinspirasi membuat alat fogging portable ini berdasarkan pengalamannya saat menjadi TKI di Korea Selatan.

Menurut Ruri, sapaan Ahmad Masruri, di Korsel, setiap rumah tinggal mempunyai alat fogging mandiri. “Jadi, tiap 2 minggu sekali warga melakukan fogging di lingkungan tempat tinggal,” ceritanya.

Ruri juga menjelaskan, alat fogging sederhana ini terbuat dari sprayer burung miliknya yang dirangkai dengan sebuah pemantik las portabel. Karena Ruri memiliki bengkel las sendiri sehingga untuk merangkainya dia tidak kesulitan.

Kata Ruri, di ujung las portabel tersebut dimodifikasi agar bisa dipasang pipa tembaga bekas pendingin ruangan yang telah dibentuk lekukan-lekukan. “Pipa tembaga ini adalah jalur dari cairan fogging yang kemudian dipanaskan oleh api dari las portabel,” terangnya.

Sementara cara kerja alat fogging ini pun sangat sederhana, ketika pemantik las dinyalakan, pipa tembaga yang telah dipasang di ujung alat las akan menjadi panas. Kemudian cairan pembasmi nyamuk yang sudah dimasukkan ke sprayer dan terhubung ke tembaga langsung disemprotkan.

“Sebenarnya cara kerja alat ini sama persis dengan rokok-rokok elektrik yang ada di pasaran, hanya saja ini menggunakan gas portabel dan obat pembasmi nyamuk untuk fogging yang dijual bebas,” tegasnya.

Sementara untuk membuat alat dogging portable ini tidak dibutuhkan waktu lama dan biayanya pun murah, hanya sekitar Rp 500 ribu. “Kalau semua bahannya siap, untuk merangkainya butuh waktu sekitar 2 jam,” ujarnya.

Ruri mengaku membuat alat pengasap sederhana ini pada pertengahan lalu untuk dipakai sendiri dan lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Namun ketika DBD mewabah akhirnya banyak teman dan warga yang memesan alat buatannya ini.

Dengan alat ini, masyarakat bisa secara swadaya membeli obatnya dan melakukan fogging secara mandiri tanpa harus menungu dan membebankan kepada pemerintah.(sma/udi)

Baca juga :