Peringati May Day, Mahasiswa di Mojokerto Turun ke Jalan. Ini Tuntutan Mereka

Aksi May Day di Mojokerto

Puluhan Organisasi Mahasiswa yang tergabung dalam aliansi mahasiswa Mojokerto, melakukan aksi turun ke jalan, Rabu (01/5/2019). Hal itu dilakukan dalam memperingati hari buruh internasional atau May Day.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, puluhan mahasiswa itu terdiri dari Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Mojokerto.

Tidak hanya berorasi, mereka juga menyebarkan selebaran kepada pengendara di jalan raya A. Yani atau tepatnya di samping kantor Pemkab Mojokerto.

Para mahasiswa menyuarakan beberapa tuntutan terhadap pemerintah, diantaranya segera menghapuskan Sistem Kerja Kontrak yang dinilai menyengsarakan kaum buruh khususnya di wilayah Kabupaten/Kota Mojokerto.

Sultan Alfarizi, seorang mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) dan koordinator aksi mengatakan, aliansi Mahasiswa Mojokerto mmendorog pemerintah segera menyelesaikan permasalah buruh yang hingga kini belum usai. ” Seharusnya kaum buruh bisa menentukan upah sektoral, namun saat ini mereka telah kehilangan haknya,” tandasnya.

Menurut Sultan, permasalahan outsourcing juga sangat membebankan kaum buruh dalam mendapatkan upah yang layak. Apalagi kata Sultan,banyak perusahaan yang belum memberikan ruang untuk organisasi buruh yang masuk dalam perusahaan. Sebab banyak buruh yang takut akan di keluarkan jika ikut dalam organisasi.

Selain itu mereka juga mendorong pemerintah bisa mengeluarkan dana dari APBD untuk membantu SDM para buruh dalam hal bentuk beasiswa. ” Itu bisa di formulasikan pemerintah kepada keluarga para buruh dalam meningkatkan pendidikan,” tuturnya.

Dalam aksi kali ini puluhan mahasiswa yang datang dari berbagai organisasi kemahasiswaan di Mojokerto, juga mendorong kepada Pemkab Mojokerto menyelesaikan permasalah kerusakan lingkungan yang ada.

Seperti pencemaran udara, kerusakan hutan dan galian yang berdampak buruk, hingga pencemaran air yang di sebabkan oleh industri yang tidak bertanggung jawab.

” Ini sebagai bentuk dukungan moral terhadap gerakan kaum buruh yang tengah berjuang keras dalam menuntut haknya juga kelestarian alam yang ada di Mojokerto,” pungkasnya. (adm/ats)

Baca juga :