Petasan Karbit yang Hancurkan Musala di Blitar, Ini Penampakannya

Sebuah musala dan pemondokan di kawasan Blitar hancur terkena ledakan petasan berbahan campuran oksigen dan gas karbit. Dua anak yang masih berusia 9 – 12 tahun juga mengalami luka .

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, peristiwa ledakan terjadi sekitar pukul 15.30 WIB, Selasa (04/06) di Musala Tarbiyatul Mubtadiien, Dusun Jombor, Desa Mandesan, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar. Akibat ledakan dahsyat ini, kondisi pemondokan hancur dan hanya menyisakan bangunan sekitar 50 persen, sedangkan kondisi musala mengalami sejumlah kerusakan pada bagian jendela dan atap.

Kapolres Blitar AKBP Anisullah M Ridha mengatakan, satu korban mengalami luka bakar atas nama M Rifai (12) dan saat ini menjalani perawatan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Karena mengalami luka bakar hingga 70 persen. Sedangkan satu korban lainnya bernama Asbian Syafa Maulana (9) warga desa setempat yang mengalami luka ringan pada bagian kepala.

“Ledakan ini berasal dari petasan yang dibuat oleh pelaku dengan memanfaatkan gas karbit dicampur oksigen, kemudian dimasukkan dalam plastik yang biasa untuk pendadaran ikan,” ungkapnya.

Kata Kapolres, ledakan terjadi pada saat pelaku melakukan proses peracikan di dalam pemondokan. Rencananya, etasan gas ini sengaja disiapkan untuk malam takbiran atau pada saat lebaran. “Lokasi pemondokan itu sudah tidak kosong atau tidak dipakai,” tambahnya.
Saat ini, tim Inafis dan Satreskrim Polres Blitar diterjunkan ke lokasi kejadian untuk melakukan olah TKP dan penyelidikan.

Sementara Ledakan petasan berbahan campuran gas karbit dan oksigen yang merusak bangunan bekas pemondokan dan musala di Blitar membuat kaget warga kareba suaranya cukup keras.

Kapolres menunjukkan petasan karbit

Lantas seperti apa bentuk petasan jenis baru itu?

Menurut Kapolres Blitar, mercon tersebut dibuat dari bahan-bahan sederhana yang mudah didapat. Di antaranya kantong plastik yang biasa digunakan untuk mengangkut bibit ikan, oksigen, serta gas karbit. “Kedua jenis gas tersebut selanjutnya dicampur menjadi satu dan dikemas dalam kantong-kantong plastik yang telah disiapkan,” terangnya.

Sementara itu Kepala Dusun Jombor, Slamet Mutamim, mengatakan kegiatan pembuatan petasan gas itu biasanya dilakukan oleh santri musala setempat dan diledakkan usai salat Idul Fitri. “Kalau dibilang tradisi bisa iya bisa tidak, karena belum tentu setiap lebaran bikin seperti ini, biasanya dibuat ketika santri itu tidak banyak kegiatan,” pungkasnya.(sma/udi)

Baca juga :