Krisis air bersih menimpa dua kecamatan di Kabupaten Mojokerto. Masalah yang terjadi setiap tahun ini membuat warga harus bergantung suplai air bersih dari pemerintah yang hanya cukup untuk kebutuhan memasak dan minun.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, krisis air bersih ini dialami Desa Simongagrok, Kecamatan Dawarblandong, Mojokerto. Ratusan warga harus rela mandi dan mencuci pakaian di sungai yang airnya keruh bercampur sampah plastik dan popok. Mereka mengeluhkan tidak adanya saluran air dari PDAM.
Meski telah mendapatkan droping air bersih dari Pemkab Mojokerto yang dilewatkan tandon berukuran 3.300 liter, di teras salah satu rumah penduduk. Jumlah air itu tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Seperti yang terpantau di Dusun Tempuran, Desa Simongagrok terlihat para ibu rumah tangga mengantri untuk mendapatkan air bersih lalu mereka angkut ke rumah mereka.
Sarti (60), warga RT 2 Dusun Tempuran, Kecamatan Dawarblandong mengaku, sudah satu bulan dirinya dan tetangganya kesulitan mendapatkan air bersih. Itu terjadibsejak sambungan sumur Wslic dan Pamsimas airnya tidak mengalir karena kekeringan yang terjadi dua bulan yang lalu.
“Pasokan air bersih hanya cukup untuk masak, minum dan untuk memandikan anak. Kalay untuk mandi dan mencuci pakaian banyak warga pergi ke Sungai di belakang rumah,” ungkapnya.
Sarti juga mengatakan, selain ke Sugai, terkadang warga meminta air kepadavtetangga sekitar yang memiliki saluran sumur bor. “Tapi sekarang ya sudah tidak kaluar airnya, ya terpaksa ambil di sungai Pereng,” tambahnya.
Sungai Pereng, merupakan sungai yang mengalir ke Kali Lamong, jarak dari rumah warga kisaran 50 meter. Kondisi sungai ini cukup memprihatinkan, Bentuknya seperti kubangan dengan kedalaman kurang dari 50 cm, airnya berwarna keruh kecokelatan dan banyak sampah plastik bekas bungkus deterjen berceceran serta terlihat banyak bekas buangan popok bayi di aliran sugai.
Sejumlah warga berharap, ada pasokan air bersih dari PDAM Kabupaten Mojokerto. Warga tidak keberatan jika harus berlangganan ke PDAM. Asalkan air bersih mudah didapatkan setiap saat.
“Selama ini belum ada tawaran dari PDAM, juga belum pernah ada rapat di desa membahas berlangganan PDAM. Padahal kami sejak lama ingin berlangganan PDAM,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dusun Tempuran Sukamto menuturkan, hingga sampai saat ini kurang lebih terdapat 120 KK atau 270 jiwa yang kekurangan air bersih. Untuk memenuhinya, warga hanya mengandalkan bantuan dari Pemkab Mojokerto sebanyak 7 ribu liter air setiap hari dan harus dibagi dengan warga Dusun Ngagrok, Desa Simongagrok yang juga dilanda kekeringan.
Sementara keluhan warga Simongagrok ini bertolak belakang dengan pernyataan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto Muhammad Zaini yang menyatakan, krisis air bersih ini terjadi lantaran menolak berlangganan PDAM.
“Warga selama ini dapat air dari Wslic dan Pamsimas gratis. Mereka tidak mau berlangganan PDAM meskipun tarifnya sudah murah,” tandas Zaini.
Selain di Kecamatan Dawarblandong, krisis air bersih juga terjadi di Tiga desa di kecamatan Ngoro Mojokerto. Yakni 520 jiwa di Desa Kunjorowesi, 750 jiwa di Desa Manduro Manggung Gajah, serta 750 jiwa di Desa Kutogirang.(sma/udi)
Baca juga :