Ngintip Budidaya Belatung di Mojokerto, Hasilkan Puluhan Juta Rupiah

Selain mengurangi sampah organik, seorang warga asal Mojokerto sukses budidaya belatung atau maggot yang bisa menghasilkan keuntungan hingga jutaan rupiah.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, dia adalah Imam Solikhin (42) yang juga peternak lele asal Desa Kedungmaling, Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto. Tak disangka, dirinya mampu meraup untung belasan juta rupiah dari hasil budidaya belatung. Bahkan pihaknya menekuni usaha itu sejak tiga tahun.

Kata Imam, awalnya pihaknya berusaha mencari pakan, karena pakan lele yang terus naik. Namun setelah menonton tayangan di televisi mengenai belatung jenis maggot, dia mencoba untuk membudidayakannya. “Awalnya kita mancing lalat di alam lalu kita kembangkan pelan-pelan sampai sekarang ini,” katanya.

Budidaya belatung ini membutuhkan lahan yang luas. Awalnya, Imam hanya memakai kandang lalat yang diberi jaring. Lalat itu akan bertelur pada kayu-kayu yang disiapkan khusus.

Telur yang ada lalu dipindahkan ke kandang pembesaran atau biopot mini. Telur akan menetas dalam tiga hari dan menjadi belatung. Kemudian, saat belatung berumur enam hari, maka segera dipindahkan ke biopot pembesaran. Masa pembesaran membutuhkan waktu hingga 20 hari.

Dengan biopot ukuran satu kali dua meter itu mampu menampung telur 10 gram. Dari sejumlah 10 gram telur, dapat menghasilkan sekitar 20 sampai 25 kilogram.

“Dari belatung ini sebagian kecil kita jadikan indukan lagi untuk berproses lagi, jadi ini satu siklus,” terangnya.

Untuk makanan belatung ini, masih kata Imam, pihaknya memberikan sampah organik seperti sisa sayur, buah atau sisa makanan yang ada di pasar dan rumah makan. Bahan itu dihaluskan dan dicampur ampas kelapa. Pemberian makan dilakukan dua hari sekali.

Untuk kandang dengan ukuran 6 x 19 meter yang menampung 40 biopot besar, mampu menghabiskan sampah organik sebanyak 3 hingga 5 kwintal.

Semua belatung itu ternyata laku dijual dengan harga Rp 50 ribu/kg. Sedangkan untuk telur dijual dengan harga Rp 8 ribu/kg. “Untuk telur biasanya dipaket-paket per 25 gram,”jelasnya.

Kandungan protein yang tinggi dalam belatung ini bisa untuk pakan alternatif bagi ikan, ayam, burung, kambing dan juga sapi. Pemesannya sampai saat ini masih di kawasan Mojokerto dan Jombang. “Untuk luar Jawa belum ada, karena kami juga masih kewalahan,” tandasnya.

Dengan dibantu 2 orang karyawan, Imam mampu menjual telur itu sebanyak 300 gram dalam sehari. Sedangkan untuk belatung, dirinya mampu menjual 30 kilogram per hari.

Selain itu, lalat yang mati setelah melakukan perkawinan juga laku dijual. Total dalam sebulan, Imam mampu meraup penghasilan bersih mencapai 15 juta rupiah.

Saat ini ada sekitar 250 pembudidaya belatung BSF di seluruh Indonesia yang tergabung dalam Rumah Maggot BSF Majapahit.

Banyaknya pembudidaya belatung, maka semakin membutuhkan banyak sampah organik sebagai pakannya. Hal itu juga bisa jadi salah satu cara mengurangi sampah organik terutama di kota besar. (sma/adm)

Nikmatnya Camilan “Belalang Goreng” Mojokerto Tembus Pasar Luar Jawa

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :