Pada musim kemarau tahun 2019 ini, Kabupaten Mojokerto tergolong wilayah yang sering terjadi kebakaran. Namun, hal itu tidak sebanding dengan minimnya mobil Pemadam Kebakaran (Damkar).
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, dalam bulan oktober antara tanggal 1 hingga 26, tercatat ada 33 kebakakaran. Sementara sampai saat ini Kabupaten Mojokerto hanya memiliki 5 Damkar.
Dua armada di pos wilayah Mojosari, tepatnya di Jalan Pemuda, Desa Seduri, serta tiga armada lainnya di pos utama kantor BPBD, Jalan Raya Jabon, Kecamatan Mojoanyar
Muhammad Zaini, BPBD Kabupaten Mojokerto mengatakan, mengacu pada Permen PU Nomor 20 Tahun 2009 tentang Pedoman Teknis Manajemen Proteksi Kebakaran di Perkotaan minimal terdapat delapan armada.
Sementara, dalam Permen Bab II manajemen proteksi kebakaran kota disebutkan, waktu tanggap instansi pemadam kebakaran terhadap pemberitahuan kebakaran untuk kondisi di Indonesia tidak lebih dari 15 menit.
Waktu dimulai sejak pemberitahuan hingga waktu gelar peralatan di lokasi, sampai dengan siap operasi penyemprotan
’’Idealnya, paling tidak ada delapan armada. Termasuk kebutuhan tangga hidrolik. Tapi, sekarang hanya ada lima unit. Itupun dua di antaranya tidak begitu normal,’’ jelasnya.
Menurutnya, dengan tenaga yang dimiliki, ketersediaan fasilitas damkar membuat BPBD Kabupaten Mojokerto kelimpungan saat menangani kasus kebakaran.
Terutama di musim kemarau seperti saat ini. Secara otomatis membuat penanganan selalu pontang-panting, apalagi minimnya jumlah personel juga sangat mempengaruhi.
’’Sehari, kebakaran kadang sampai terjadi enam kali, dengan lokasi terpencar,’’ katanya.
Tingginya angka kebakaran penanganan pemadaman selama ini membuat personel benar-benar kelabakan. Bahkan ketika petugas tiba di lokasi, api sudah membesar hingga akhirnya bangunan yang terbakar tak bisa lagi diselamatkan.
’’Kadang, sampai lokasi api sudah mati karena bangunan yang terbakar sudah habis. Itu kan sangat memprihatinkan,’’ terangnya.
Untuk itu BPBD sedang mengajukan penambahan tiga armada damkar disertai dengan menambah dua pos.
’’Satu lokasi nanti kita taruh di utara Sungai Brantas, di area Jetis. Satu lagi, di area Kecamatan Gondang. Untuk peningkatan pelayanan ini sudah kami usulkan di 2020, mudah-mudahan berhasil,’’ ujarnya.
Pemekaran pos damkar itu sekaligus menjadi upaya respons cepat BPBD. ’’Setidaknya, butuh Rp 1,6 miliar, anggaran untuk pengadaan armada sekaligus rumahnya,’’ tandasnya.
Pusdalops BPBD Kabupaten Mojokerto mencatat, sejak tanggal 1 hingga 26 Oktober ini, kasus kebakaran mencapai 33 kejadian. Mayoritas adalah kebakaran rumah dan lahan. (sma/adm)
Baca juga :