Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto terus gencar sosialisasi penanggulangan bencana musim hujan kepada masyarakat. Karena wilayah Kabupaten Mojokerto diidentifikasi memiliki enam bencana alam, mulai banjir, tanah longsor, angin puting beliung, kekeringan, kebakaran hutan dan lahan, serta erupsi gunung berapi.
Analisa pemetaan ini dibahas bersama pada Rapat Koordinasi (Rakor) penanggulangan bencana Kabupaten Mojokerto, bersama Plt Bupati Mojokerto Pungkasiadi yang bertempat di Gedung BLK Provinsi Jawa Timur, Rabu (18/12/2019).
Zaini, Kepala Pelaksanan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto mengatakan, urusan kebencanaan menjadi urusan bersama dan melibatkan semua pihak. “Penanggulangan bencana saat ini sistemnya tidak cukup dengan reaktif. Paradigma itu kita coba ubah menjadi proaktif. Artinya kebencanaaan saat ini menjadi urusan bersama, dan melibatkan semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat,” paparnya.
Menurutnya, jika hampir 50% dari yang dapat menghindari bencana yakni diri sendiri. Sehingga BPBD berupaya membekali masyarakat bagaimana cara menggulangi bencana. Termasuk melakukan pembekalan di sekolah-sekolah maupun rumah sakit, untuk meningkatkan kapasitas penanggulangan bencana.
Sementara itu, Pungkasiadi, Plt Bupati Mojokerto berpesan, untuk tetap selalu memperhatikan korban bencana. “Pada saat tanggap darurat kita juga telah bahu-membahu menolong dan melayani saudara-saudara kita yang menjadi korban. Saya bangga dengan sikap ringan tangan dan kepedulian para relawan penanggulangan bencana, anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD, serta semua pelaku penanggulangan bencana di Kabupaten Mojokerto selama ini. Kita coba siapkan semua (upaya penanggulangan), mulai dari Desa Tangguh, juga Keluarga Tangguh,” kata Pungkasiadi.
Pungkasiadi juga mengaku, jika Pemkab Mojokerto memploting anggaran kebencanaan dengan strategis. “Saya sudah berpikir panjang. Dari mulai bencana, hingga pasca bencana. Kalau yang besar-besar seperti bangunan (dampak kerusakan akibat bencana), kita coba anggarkan jauh-jauh. Namun begitu kita juga ada dua bantuan sosial tak terduga. Yakni bansos direncanakan dan bansos tak terduga. Ini ada di Dinas Sosial, nanti kita komunikasikan,” tandasnya.
Sekedar informasi, berdasarkan data Indeks Resiko Bencana Indonesia (IRBI) yang dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2013, Kabupaten Mojokerto memiliki indeks resiko bencana sebesar 164, atau masuk dalam kategori tinggi. (sma/ADV)
Baca juga :