Banjir di Mojokerto Belum.Surut, Stok Logistik Dapur Umum Menipis

Selama empat hari terakhir, sebanyak dua Dusun di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto masih terendam banjir. Sehingga Dinas Sosial setempat sudah mendirikan Dapur Umum (DU) untuk kebutuhan warga terdampak.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, banjir yang terjadi di Dua Dusun tersebut masih menggenangi rumah warga, namun logistik di Dapur Umum (DU) ternyata stoknya menipis.

Zainudin, Koordinator Logistik Tagana Kabupaten Mojokerto mengatakan, pihaknya hanya memasak dua kali dalam sehari. Yaitu pada dinihari agar nasi bungkus bisa dikirim ke para korban banjir sekitar pukul 07.00 – 08.00 WIB dan masak siang untuk dikirim sore.

Sekali masak, dia mengaku menyiapkan sedikitnya 1.500 bungkus nasi. Berisi nasi putih, telur dadar, serta sambal goreng tempe dan tahu.

Untuk membuat ribuan nasi bungkus, juga dibutuhkan 130 Kg beras. Namun siang ini (05/02/2020), beras yang tersisa di dapur umum hanya 50 Kg.

“Ketersediaan beras menipis. Hanya 50 kilogram, itu kurang kalau untuk masak malam nanti supaya bisa dikirim besok pagi nasi bungkusnya,” terangnya, Rabu (5/2/2020).

Terkait persediaan beras yang menipis, Tagana melakukan koordinasi dengan BPBD Kabupaten Mojokerto untuk segera mendapatkan penanganan.

Sebab, setiap hari DU menyiapkan 1.500 nasi bungkus untuk satu kali masak. Sehingga untuk satu hari, DU menyiapkan 3 ribu nasi bungkus yang dibagikan kepada warga terdampak banjir di Desa Tempuran pagi dan sore hari, beserta relawan yang bersiaga dilokasi banjir.

Selain itu, penanganan kesehatan para korban banjir di Desa Tempuran juga belum maksimal. Padahal terdapat dua posko kesehatan yang dibuat, yakni di Dusun Tempuran dan Bekucuk.

Seperti yang dikeluhkan keluarga Nuriyanto (64), warga Dusun Tempuran. Istrinya menderita gatal-gatal di bagian kaki, karena terkena air banjir. Hingga siang tadi, istrinya belum mendapatkan bantuan pengobatan.

“Istri sakit gatal di kakinya. Belum dapat obat. Belum tanya soal posko kesehatan, juga tidak ada yang memberi tahu kalau ada posko kesehatan,” jelasnya.

Warga juga menilai, pemerintah lamban menanggulangi banjir di Desa Tempuran. Padahal banjir di kampung ini juga terjadi tahun lalu. (sma/adm)

Baca juga :