Tanggul Sungai di Mojokerto Ambrol, Hanya Dipasang ‘Police Line’

Di musim penghujan ini warga Kota Mojokerto yang berada disekitaran aliran sungai Sadar nampaknya cukup was-was. Sebab ada sekitar 4 titik tanggul sungai dibiarkan kritis.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, tiga kelurahan masuk peta rawan bencana karena berada di daerah aliran sungai itu diantaranya, Kelurahan Kranggan, Kelurahan Meri dan Kelurahan Gunung Gedangan.

Kerusakan tangkis sungai yang membelah daerah sejak Desember 2019 lalu dibiarkan jebol, tanpa ada penanganan dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS).

Sugeng Wahyudi, warga Ngaglik, Kelurahan/Kecamatan Kranggan berharap, pihak berwenang melakukan langkah kongkret.

“Harapannya setelah orang nomer satu (Wali Kota, Red) datang kan cepat ditangani. Jelas was-waslah, kalau pas tidur keseret air lak bagaimana. Berarti cerita (banjir) 2004 lalu kan terulang lagi, ” keluhnya, Kamis siang (6/2/2020).

Dia juga mengatakan, di musim penghujan ini seharusnya ada penanganan dari pemerintah terkait tanggul tersebut.

“Ya perlu ada tindakan. Kalau hujan gini, jelaskan nggak mungkin kalau mau membangun plengsengan. Tapi kalau pakai sistem bronjong, jelas bisa lah. Ya itu digunakan biar kami tidak was-was terus,” ujarnya.

Sekedar informasi, plengsengan tanggul Sungai Sadar di Ngaglik, Kranggan, Kota Mojokerto Jebol Selasa lalu (4/2/2020). Dengan adanya hal itu langsung Ika Puspitasari atau Ning Ita, Walikota Mojokerto langsung sidak ke lokasi bersama Kepala Dinas PUPR dan Lurah Kranggan. Kejadian yang serupa menimpa tanggul di Kelurahan Gunung Gedangan.

Ironisnya hingga siang kemarin tak ada kegiatan penanganan apapun dari instansi terkait. Di Ngaglik, tanggul longsor dibiarkan saja. Hanya ada tali macam police line menjadi tanda potensi bahaya.

Sejumlah warga mengkhawatirkan jika dibiarkan maka kerusakan tanggul akan membesar. Apalagi jika debit air naik, juga mengancam pemukiman warga.

Saat sidak, Ning Ita juga meminta kepada Kepala BBWS Brantas Jawa Timur agar segera memberikan penanganan cepat untuk menghindari dampak negatif pada masyarakat akibat ambrolnya plengsengan.

Mujiono, Ketua RW menginformasikan kepada Dewan jika ada dua titik yang jebol pada 18 Desember 2019 yaitu di depan Ngaglik Gotong Royong 4-5 dan 7-8.

Moch. Harun, Anggota Komisi II DPRD Kota Mojokerto mengaku, pihaknya langsung melaporkan kejadian ini ke BBWS. “Langsung saya komunikasikan ke BBWS,” tandasnya. (sma/adm)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :