Tiga warga Mojokerto yang berjalan kaki ke Jakarta untuk menemui Jokowi, Presiden rela menempuh jarak 747 kilometer. Di Jakarta, mereka melakukan berbagai upaya untuk bisa menyampaikan aspirasinya langsung ke Presiden.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, tiga warga itu diantaranya Ahmad Yani (45), Sugiantoro (31) dan Heru Prasetyo (26) warga Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Mereka sejak Selasa (28/01/2020) memulai perjalanan dari desanya menuju Jakarta dengan berjalan kaki untuk mencari keadilan terkait maraknya galian C di Mojokerto. Ketiganya tiba di Jakarta pada Sabtu (1/2/2020).
Tiga warga Mojokerto itupun bergabung dalam aksi Kamisan di depan Istana Merdeka, Kamis (6/2/2020). Mereka menuntut agar penambangan pasir dan batu (sirtu) di Desa Lebakjabung, Kecamatan Jatirejo ditutup.
Yani dan kedua kawannya menegaskan, tidak akan pulang sebelum bertemu dengan Presiden Jokowi. Bahkan, ia rela mempertaruhkan nyawanya demi tuntutannya itu.
“Daripada saya mati di rumah, lebih baik saya mati di (depan) istana ini, akan lebih membanggakan anak istri,” tegas Yani, seperti dikitip kompas.
Yani mengaku, warga Desa Lebakjabung merasa dijajah karena tidak memiliki ruang hidup di desanya sendiri. “Kami merasa dijajah di sana. Kami punya inovasi, kami punya kreasi di desa kami, tidak hanya sekadar dikasih uang kompensasi,” ungkapnya, daat berada di Jakarta, pada hari Kamis (6/2/2020).
Menurut Yani, warga desa menolak penambangan sirtu tersebut, karena aktivitas pertambangan itu berada di hulu sungai dan juga kawasan hutan lindung. Warga khawatir, nantinya akan berdampak kerusakan lingkungan dan mata air yang menjadi tumpuan warga desa sehari-hari.
Yani juga mengatakan, warga sudah mengadu ke Kantor Gubernur Jatim di Surabaya pada 20 Januari 2019. Namun, pemerintah tetap membiarkan dua perusahaan tambang beroperasi karena mempunyai izin.
Sampai tuntutannya tersampaikan, Yani dan kedua kawannya menegaskan tidak akan pulang dan akan menunggu di depan istana. “Tetap di sini, harus sampai bertemu Pak Jokowi. Kalau tidak ketemu Pak Jokowi, tentunya kami tidak akan berani pulang,” ucapnya.
Kekhawatiran Ahmad Yani, 45 tahun, menjadi kenyataan. Banjir bandang tiba-tiba menerjang tempat tinggalnya di Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada Jumat petang, 7 Februari 2020.
Pada Jum’at malam (07/02/2020) tiga warga Mojokerto di Jakarta ini juga mendapat informasi dari keluarganya di Mojokerto kalau telah terjadi banjir.
“Tadi selepas Magrib dikabari, daerah kami terjadi banjir bandang, kami mengkhawatirkan keluarga di rumah,” kata Ahmad Yani ketika ditemui di Kantor Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Jakarta, Jumat 7 Februari 2020.
Seperti diketahui, tiga warga Mojokerto nekat jalan kaki Mojokerto – Jakarta untuk menyampaikan protes maraknya galian Sirtu di desanya. Mereka ingin menyampaikan langsung ke Presiden.
Karena, galian sirtu tersebut sudah membuat rusaknya daerah aliran sungai (DAS) di Sungai Boro, hulu Brantas, Jawa Timur. Hal ini disebabkan adanya dua perusahaan yang diduga mengeksploitasi pengambilan pasir dan batu andesit sejak 7 Desember 2019.(sma/udi)
Baca juga :