Pada musim penghujan ini masyarakat nampaknya harus mencegah perkembangbiakan nyamuk yang menyebabkan Demam Berdarah Dengue (DBD).
Sebab dari catatan Dinas Kesehatan, dari awal tahun 2020 hingga saat ini ada 49 warga di Kabupaten Mojokerto yang menderita DBD.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, kasus DBD paling banyak ditemukan di tiga wilayah, yaitu Kecamatan Jetis, Pacet dan Kecamatan Dawarblandong.
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto mencatat, 49 penderita DBD itu cenderung turun 60 persen, jika dibandingkan bulan Januari sampai Maret tahun 2019 lalu yakni berjumlah 185 orang.
Eka Yuli Setyawan, Kabid Pelayanan Kesehatan Dinkes Kabupaten Mojokerto mengatakan, paling banyak wabah DBD berada di tiga wilayah yaitu Kecamatan Jetis, Kecamatan Pacet dan Kecamatan Dawarblandong. Kemudian disusul Kecamatan Sooko, Trowulan, Bangsal, Pungging, Dlanggu, Kutorejo, Kecamatan Gondang dan Kecamatan Jatirejo.
Dia memprediksi, DBD ini muncul karena intensitas curah hujan tinggi, sehingga mengakibatkan genangan air di sejumlah tempat yang rawan menjadi sarang nyamuk Aedes Aegypti.
“Jentik Aedes Aegypti biasanya berada di genangan air jernih, misalnya pada genangan air yang berada di barang bekas dan lainnya,” ungkapnya.
Untuk itu masyarakat bisa memanfaatkan pelayanan kesehatan di 27 Puskemas yang tersebar di seluruh Kabupaten Mojokerto untuk melayani penderita DBD.
Jika pasien DBD yang dirawat di Puskesmas selama 3 hari belum menunjukkan progres kesembuhan, maka pasien itu akan segera dirujuk ke sejumlah rumah sakit terdekat di wilayah Mojokerto.
“Rata-rata penderita DBD 25 persen didominasi anak-anak. k
Kami ada 27 puskemas sudah siap melayani penderita DBD,” jelasnya.
Sejauh ini Dinkes juga terus berupaya menggalakkan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M+.
Program PSN adalah menguras tempat penampungan air, menutupnya dengan rapat, dan memanfaatkan atau mendaur ulang barang-barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Sedangkan 3M+ adalah bentuk kegiatan pencegahan yakni menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air, menggunakan anti nyamuk, dan menggunakan kelambu saat tidur.
“Mencegah DBD lebih efektif pakai Jumantik (Juru Pemantau Jentik) untuk memeriksa jentik di rumah tersebut. Dan kegiatan Pengasapan (Fogging) sekitar 6 kali, relatif sangat berkurang dibanding tahun lalu,” tandasnya. (sma/adm)
Baca juga :