Kisah haru dijalani para tenaga medis yang merawat Pasien Dalam Pengawasan (PDP) terkait corona atau COVID-19 di RSUD Prof Dr Soekandar, Mojosari, Kabupaten Mojokerto.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, sebagai garda terendap penanganan COVID-19, mereka rela menggunakan jas hujan di saat kehabisan persediaan baju atau Alat Pelindung Diri (APD).
Seperti yang dilakukan dr Gigih Setijawan Sp. P MARS. Dokter spesialis pulmonologi atau paru-paru itu dipercaya menjadi Ketua Satgas Penanggulangan COVID-19 di RSUD Prof Dr Soekandar, Mojosari.
Dr Gigih merawat PDP terkait corona sejak Rabu lalu (4/3/2020). Pasien pertamanya adalah WNA India yang sedang menjalankan bisnis di Kabupaten Mojokerto.
Pasiennya bertambah saat seorang pria berusia 55 tahun warga Kabupaten Mojokerto dirawat di ruang isolasi pada Selasa (10/3/2020). Kedua PDP dipulangkan karena negatif corona.
Dia kembali merawat 4 PDP terkait corona sejak Selasa (17/3) dan Rabu (18/3). Keempat pasien itu diantaranya, pria bekerja sebagai buruh pabrik berusia 27 tahun, mahasiswi 22 tahun, anak laki-laki usia 4 tahun, serta seorang pria berusia 52 tahun.
Selama itu, dr Gigih mengaku telah berulang kali merawat pasien di ruang isolasi sambil memakai jas hujan. Hal itu terpaksa dilakukan, karena RSUD Prof Dr Soekandar kehabisan stok baju APD atau baju astronot.
“Saat APD tidak ada, kami tidak melayanani pasien. Saya tidak ingat sudah berapa kali memakai jas hujan, yang jelas sudah banyak sekali,” kata dr Gigih Rabu (25/3/2020).
Jas hujan yang digunakan jenis kelelawar. Untuk memperkuat perlindungan dirinya, dr Gigih juga memakai penutup kepala, helm safety, kacamata, masker tipe N95, sarung tangan steril, serta sepatu boot. Tentunya jas hujan itu hanya dia gunakan untuk sekali masuk ke ruang isolasi.
“Jas hujan dan lainnya sekali pakai. Kalau sepatu boot, kacamata dan helm safety kembali saya pakai. Setelah dipakai disterilkan dengan disemprot disinfektan,” terangnya.
Meski berulang kali masuk ke ruang isolasi memakai jas hujan, dr Gigih bersyukur masih dalam keadaan sehat. Dia yakin tidak akan terpapar virus corona karena selalu mengandalkan ilmu, akal dan doa.
“Semua orang yang gugur saat menjalankan tugas itu sahid. Kami pasrahkan ke Yang Maha Kuasa, melakukan yang terbaik untuk masyarakat,” ujarnya.
Namun dia bilang, kebutuhan baju APD bagi petugas medis cukup tinggi untuk menangani pasien di ruang isolasi.
Terlebih lagi saat ada keluhan dari PDP terkait corona yang mengharuskan petugas medis keluar masuk ruang isolasi. Seperti diketahui, baju APD hanya untuk sekali pakai.
“Kalau kondisi normal, rata-rata satu orang butuh satu APD saja karena stay di ruang isolasi lama, minimal 2 jam. Kalau ada keluhan dari pasien, kadang ganti 3-5 APD,” ungkapnya.
Selain baju APD, daya tampung ruang isolasi RSUD Prof Dr Soekandar saat ini juga terbatas. Saat ini mereka hanya mampu merawat 4 pasien saja terkait corona. Keempatnya sudah ditempati oleh PDP corona.
“Kalau ada pasien baru kami tidak bisa menerima karena sudah penuh, tapi kan ada rumah sakit lainnya di Jatim,” cetus dr Gigih.
dr Djalu Naskutub, Direktur RSUD Prof Dr Soekandar mengakui, pihak RS sempat kekurangan baju APD selama merawat PDP terkait corona. Saat ini dia memastikan persediaan baju APD masih aman.
“Alhamdulillah APD kami dapat bantuan dari perusahaan lewat CSR. Kemarin Minggu ada bantuan dari Dinas Kesehatan provinsi dan dari BPBD provinsi,” jelasnya.
Sementara terkait keterbatasan ruang isolasi, pihaknya akan segera melakukan penambahan. “Akan kami tingkatkan menjadi 7 dan bisa ditingkatkan lagi menjadi 10. Ini khusus ruang isolasi,” tandasnya. (sma/adm)
Baca juga :