Pra ekskavasi situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo dilakukan tim dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim. Hal ini dilakukan untuk persiapan ekskavasi skala besar pada Agustus nanti untuk mengungkap beberapa fakta baru.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, pra ekskavasi situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo digelar selama 3 hari kemarin, yaitu mulai 29 Juni sampai 1 Juli. Namun hingga kini petugas tim dari BPCB Jatim masih melakukan pencarian titik situs dan tes pit, atau membuat lubang uji di 9 titik untuk mencari struktur talud yang masih terpendam.
Dalam penggalian kali ini melibatkan sebanyak 20 orang. Yaitu 10 dari BPCB Jatim dan 10 tenaga penggali dari warga Desa Kumitir.
Wicaksono Dwi Nugroho, Arkeolog BPCB Jatim mengatakan, kegiatan pra ekskavasi salah satunya untuk membuktikan ukuran dan bentuk talud yang mengelilingi situs Kumitir. Sebelumnya dia mempunyai hipotesis, jika situs pendarmaan Raja Singasari ini dikelilingi tembok penguat tanah berbentuk persegi panjang 400 x 250 meter.
“Pra-ekskavasi juga untuk menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk ekskavasi Agustus nanti. Yaitu volume kerja, tenaga dan waktu yang dibutuhkan, serta kompensasi yang akan kami berikan kepada para pemilik lahan yang dilalui ekskavasi,” kata Wicaksono, Kamis (2/7/2020).
Selama 3 hari pra ekskavasi, kata Wicaksono, pihaknya menemukan struktur dari bara merah bagian dari talud kuno di 8 titik kotak penggalian. Yaitu bagian dari struktur talud sisi utara, barat dan selatan. Hanya saja struktur dinding penguat tanah di sisi selatan sudah banyak yang rusak.
“Struktur dinding sisi utara dan barat mempunyai karakter yang sama dengan talud sisi timur yang kami ekskavasi tahun 2019. Yaitu dinding luar berbentuk rapi dengan pilar-pilar, bata bagian dalamnya disusun acak dan diuruk tanah. Sehingga kami pastikan semuanya bagian dari talud yang mengelilingi situs Kumitir,” terangnya.
Bata penyusun struktur yang diyakini sebagai talud sisi barat, utara dan selatan situs kumitir juga mempunyai dimensi yang sama dengan talud sisi timur. Yaitu mempunyai ketebalan 6-7 cm, panjang 33 cm, lebar 18-22 cm.
“Ukuran batanya bervariasi karena situs Kumitir dibangun zaman Singasari, lalu dipugar zaman Majapahit. Bata merah zaman Majapahit lebih tipis,” ungkap Wicaksono.
Tes pit, kata Wicaksono, fokus mencari sudut tenggara talud situs Kumitir. Yaitu untuk menemukan siku yang menjadi titik temu antara talud sisi timur dengan sisi selatan. Sehingga total 9 kotak gali yang dibuat selama pra ekskavasi di situs Kumitir.
Berbekal temuan-temuan baru dari tes pit, pihaknya berhasil menghitung lebih detil luasan situs Kumitir. Penghitungan juga dibantu pemetaan udara dengan talud yang mengelilingi situs sebagai titik batas.
“Kami sudah membuktikan talud situs Kumitir berbentuk persegi panjang. Panjangnya 312,3 meter, lebarnya 193,6 meter,” tegasnya.
Tidak hanya itu, dari kegiatan pra ekskavasi ini para arekolog juga menemukan indikasi situs Kumitir dibuat berundak. Bagian barat situs yang diyakini sebagai pintu masuk, dibuat lebih rendah.
Sedangkan sisi timur dibuat lebih tinggi karena bagian sakral yang menjadi tempat pendarmaan Raja Singasari. Bagian timur situs ini meliputi pemakaman umum Dusun Bendo tempat ditemukannya struktur candi.
“Bagian timur ketinggiannya 48 mdpl (meter dari permukaan laut), bagian barat 46 koma sekian mdpl. Ada selisih sekitar 1,5 sampai 2 meter. Area sakral di sebelah timur dibuat lebih tinggi. Sedangkan bagian barat lebih rendah menjadi pintu masuk,” jelas Wicaksono.
Dia juga mengatakan, ekskavasi skala besar di situs Kumitir akan digelar selama 30 hari pada Agustus nanti. Penggalian arkeologis tersebut untuk menampakkan seluruh struktur talud yang mengelilingi bangunan suci tempat pendarmaan Raja Singasari.
“Ekskavasi Agustus nanti juga untuk membuka sebagian kecil area makam Dusun Bendo untuk mencari jejak pondasi candi tempat pendarmaan Raja Singasari,” tandasnya.
Berdasarkan naskah Negarakertagama dan Pararaton, Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1268 masehi didarmakan di Kumeper bersama Wisnu Wardhana. Keduanya merupakan penguasa Kerajaan Singosari. Nama Kumeper diyakini menjadi Kumitir pada masa modern.
Candi itu dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja. Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Sehingga candi tetap difungsikan pada zaman Majapahit.
Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Semasa hidupnya, Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana menjadi Raja Singasari secara bersama-sama. Kedua raja ini menjadi ahli waris karena sama-sama menjadi keturunan Ken Dedes dari ayah yang berbeda.
Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan dua raja Singasari juga diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di makam umum Dusun Bendo. Yakni berupa 2 batu pipi tangga candi dengan dimensi masing-masing 130x100x100 cm, batu antefiks sebagai hiasan atas candi, serta balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.
Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat dan timur makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, candi di situs Kumitir ini diperkirakan mengadap ke barat. Candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.
Candi suci itu dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit. Struktur candi runtuh diduga akibat gempa bumi.
Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud timur tahun lalu dan di sekitar makam Dusun Bendo juga memberi petunjuk berdirinya bangunan suci di situs Kumitir.
Pecahan keramik yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi. (sma/udi)
Baca juga :