Bonsai merupakan salah satu tanaman biasa yang saat ini menjadi incaran banyak orang. Salah satunya bonsai jenis kelapa.
Bonsai jenis kelapa merupakan seni mengkerdilkan pohon kelapa. Seni ini menciptakan kelapa besar yang hidup serupa di alam bebas. Namun dalam bentuk kecil, untuk dijadikan hiasan di teras rumah hingga di sudut ruang tamu sekali pun.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, untuk membuat bonsai kelapa rupanya tak mudah. Seperti yang lakukan oleh salah satu warga Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto, Ricky Septyan (40). Saat ini dia kewalahan dalam menghadapi permintaan masyarakat.
“Omset yang ditawarkan juga lumayan, saya budidaya bonsai kelapa dengan omset antara Rp 5 juta sampai Rp 8 juta per bulan,” ungkapnya, Sabtu (11/7/2020).
Menurutnya, dalam pembuatan bonsai kelapa, pihaknya bersama enam karyawannya tak sembarangan dalam memilih bahan. Dia harus mendatangkan kelapa dari Nusakambangan, Cilacap hingga Malang untuk membuat bonsai dengan kualitas baik. Diantaranya kelapa jenis wulung, janur dan hijau.
“Satu minggu sekali, kelapa-kelapa ini baru datang, karena cukup sulit untuk mendapatkan bahan kelapa. Sekali datang bisa 500 kepala,” terangnya.
Dalam prosesnya pun membutuhkan waktu yang cukup lama, mulai dari menyortir jenis kelapa yang bagus, tua dan terdapat air kelapa didalamnya.
Sebab, 99 persen bonsai kelapa akan tumbuh jika terdapat kandungan air didalamnya. “Kalau tidak ada air maka akan mati,” terangnya.
Untuk membuat bonsai kelapa juga harus dipilih kelapa jenis mini. Karena jika kelapa besar, maka hasilnya kurang bagus. Selain itu, kelapa yang dibuat bonsai adalah kelapa yang sudah tua dan muncul tunas. Sebab dari tunas itulah akan tercipta bonsai yang bagus.
Setelah dipilih, proses pembuatan bonsai kelapa selanjutnya yakni memanaskan bonsai kelapa di bawah sinar matahari, pagi dan sore hari.
Hal ini dilakukan untuk melihat akar yang bakal di bentuk bonsai original ataupun bonsai kelapa tidak kupas atau dibuat bonsai, dengan cara membuang sabut kelapanya hingga bersih.
Untuk pembuatan bonsai kelapa dengan cara membuang sabut kelapa, pihaknya harus mengelupas dan membersihkan batok kelapa hingga bersih dengan cara menggosoknya.
Dia juga mengatakan, untuk mempercantik tampilan bonsai kelapa, dirinya menambahkan media air agar tunas tumbuh. Yakni dengan cara memanfaatkan botol air mineral yang dipotong dan diisi air.
“Setelah kita siapkan botol air mineral dengan diisi air, kelapa di taruh atasnya dengan posisi akar di bawah dan tunas menghadap ke atas. Untuk menjaga kebugaran bonsai, tunas kelapa bisa diberi sumbu. Sumbu ini bisa kain kaos atau kain yang nantinya bisa meresapkan air ke dekat dahan dan kelapa. Langkah ini merupakan langkah awal pembentukan,” ujarnya.
Menurutnya, dalam pembentukan bonsai kelapa membutuhkan waktu yang cukup lama, minimal tiga bulan. Setelah diketahui hasil bonsai, barulah pembentukan bonsai di pindah media baru, yakni karang dan tanah.
“Tergantung sih, lama enggaknya. Karena tergantung media dan sari-sari makanan yang ada di dalam batok,” tambahnya.
Untuk perawatan bonsai kelapa tergolong mudah, yakni tinggal mengupas tunas dengan model sayat mawar yang dilakukan setiap satu minggu sekali sampai muncul batang.
Sebelum di pindah ke media tanah, terlebih dahulu bonsai sebaiknya akar ditimbun agar kuat untuk menghindari sinar matahari.
“Bisa dijemur di bawah sinar matahari tapi antara pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 10.00 WIB, dan ditemukan cukup satu jam saja karena kalau lama, panas dan akan pecah,” terangnya.
Menurutnya, bonsai kelapa bisa hidup sampai ratusan tahun. Jika ada yang mati, itu karena hama, media atau pupuk yang diberikan tidak alami.
Selama ini dia mengaku banyak mendapatkan permintaan dari banyak daerah seperti Malang, Gresik, sejumlah daerah di Jawa Tengah hingga Bandung, Jawa Barat.
“Ada yang pesen banyak tapi belum bisa menyediakan karena masih kecil sehingga saya menjanjikan empat sampai lima bulan lagi. Selama ini pesanan rata-rata bonsai yang belum jadi, berupa tunas, kelapa, batok sama batok minion yang sudah dipelitur,” ungkapnya, Sabtu (4/7/2020).
Harga yang ditawarkan, untuk tunas dari kelapa batok besar Rp15 ribu, batok kecil Rp 35 ribu. Batok minion antara Rp 25 ribu sampai Rp 40 ribu. Sementara yang sudah jadi bonsai mulai Rp 350 ribu sampai Rp 1,5 juta tergantung akarnya. (sma/udi)
Baca juga :