Hampir dua bulan Balai Desa Sidoharjo, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto ramai dipenuhi siswa-siswi tingkat SD hingga SMP. Mereka berkumpul bukan karena ada perlombaan atau tontonan, melainkan sedang memburu fasilitas WiFi gratis yang disediakan oleh pemerintah Desa setempat.
Sebab, hingga saat ini para siswa siswi kini tengah dituntut belajar secara online atau dalam jaringan (daring) alias online di rumah masing-masing mengingat status Pandemi COVID-19 yang belum berakhir.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, mereka belajar di kantor kepala desa itu sudah berlangsung selama dua bulan lebih. Dalam pembelajaran dengan memanfaatkan WiFi gratis, siswa-siswi didalam dua kelompok. Yakni, pagi dan sore hari sesuai dengan jadwal sekolah mereka.
Pembelajaran di pagi hari biasanya dimulai pukul 08.00 hingga 11.00 WIB. Sementara untuk sore hari mulai pukul 15.00 hingga 17.00 WIB.
Sebelum belajar dan memasuki ruangan, mereka juga diwajibkan menerapkan protokol kesehatan. Yakni, mencuci tangan terlebih dahulu menggunakan sabun atau hand sanitizer dan memakai masker.
Rif’an Hanum, Kepala Desa Sidoharjo mengatakan, proses belajar melalui daring di Balai Desa sudah berjalan sejak dua bulan lamanya. Ada banyak siswa-siswi yang datang dengan memanfaatkan WiFi gratis yang disediakan oleh pemerintah desa.
Menurutnya, dalam sehari-hari belajar secara daring di Balai Desa di bagi menjadi dua kelompok yakni pagi dan sore. ”Kalau pagi itu ya sekitar 10 sampai 8 siswa, dan sorenya 30 siswa,” ungkapnya, Kamis (23/7/2020).
Pemerintah desa sengaja memberikan fasilitas WiFi gratis ini, karena kondisi yang hingga kini masih dalam Pandemi Covid-19. Dilain sisi, kondisi seperti ini juga membuat banyak wali murid harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membelikan anaknya paket data.
[sc name=”iklan-sisipan”]
Sehingga pihak desa mencoba memberikan fasilitas untuk meringankan dan membantu anak-anak masih bisa terus belajar.
Kata Hanum, sebelum memulai belajar, mereka juga diwajibkan mematuhi protokol kesehatan sesuai dengan anjuran pemerintah. “Mereka juga wajib memakai masker,” tandasnya.
Nabila Nur Aini, salah satu siswi mengaku, dalam proses belajar daring, dirinya sering menemukan kesulitan dalam menjawab tugas yang diberikan oleh para guru. Karena saat belajar, para siswa tanpa didampingi seorang pendamping atau guru.
Sehingga saat ada pelajaran yang tidak dimengerti, dirinya mengaku tidak bisa lagi bertanya secara langsung kepada guru. Sebab, antara guru dan siswa kini dipisahkan oleh kondisi pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.
”Biasanya tanya ke wali kelas melalui telepon, kadang juga bertanya kepada temannya melalui grup WhatsApp,” imbuhnya.
Dia mengaku sebenarnya sangat rindu dengan guru dan sekolah. ”Awalnya saya belajar di rumah menggunakan paket data. Tapi, karena di balai desa tersedia wifi gratis, saya belajar disini,” tandasnya.
Selain bisa belajar secara daring di Balai Desa dengan memanfaatkan WiFi gratis, pemerintah Desa Sidoharjo juga memfasilitasi para siswa-siswi belajar tari tradisional.
“Selain belajar daring, anak-anak juga kita fasilitasi belajar tari tradisional di Balai Desa,” ungkap Ahmad Antok, Kepala Bundes Desa Sidoharjo.
Hal ini kata Antok, sebagai langkah agar para siswa-siswi bisa tari tradisional dan tak jenuh selama mereka hanya belajar di rumah. (sm/udi)
Baca juga :