Di tengah kondisi Pandemi Covid-19, nasib petani kian terpuruk. Harga sejumlah komoditas petani terjun bebas. Harga tomat di kalangan petani Pacet, Kabupaten Mojokerto kini menyentuh dikisaran Rp 700 per kilogram.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, merosotnya harga jual tomat di kalangan petani lokal ini diduga banyaknya pasokan dari berbagai daerah di Jawa Timur, khususnya masa panen yang nyaris bersamaan seeprti di kawasan Pacet Mojokerto.
Akibatnya, para petani tomat mengalami kerugian mencapai puluhan juta, karena harga tomat di pasaran anjlok signifikan. Bahkan kebanyakan petani sengaja tidak memanen hasil tanaman tomat, dan justru membiarkannya membusuk di lahan tersebut.
Tak jarang petani di Kecamatan Pacet ini juga sering membagikan hasil panen tomatnya kepada para pengendara yang melintas dan juga memberikan secara cuma-cuma kepada tetangga yang membutuhkan.
“Iya, tomat sangat-sangat murah hancur harganya. Kemarin sempat menyentuh harga Rp 700 rupiah per kilogram,” ungkap Suryanto (53) salah satu petani tomat di Desa Pacet Jum’at (25/09/2020).
Menurut Suryanto, harga normal tomat dari petani biasanya mencapai angka minimal Rp 4500 sampai Rp 5000 per kilogram.
Kalau hasil tanam bagus dalam satu pohon, minimal dapat menghasilkan satu kilogram sampai 1,5 kilogram tomat. Sedangkan, Break Even Point (BEP) dalam biaya tanam untuk satu pohon itu membutuhkan modal sekitar Rp 4000 hingga Rp 4300.
“Kalau satu pohon minimal mendapat satu kilogram tomat, kita kan sudah rugi apalagi harga tomat dipasaran segitu sangat jauh dibawah harga biaya tanam. Kalau bisa harga tomat di atas Rp 5.000 atau Rp 6.000 agar petani dapat untung sedikit dan bisa balik modal tanam,” paparnya.
Suryanto mengatakan, tanaman tomat miliknya di lahan seluas kurang lebih satu hektare itu sengaja dibiarkan begitu saja tidak dipanen. Namun, secara mendadak harga tomat di pasaran sangat murah saat menjelang musim panen. Dia membongkar tanaman tomat siap panen itu karena jika dipanen justru semakin merugi, atau tidak mencukupi biaya operasional dan balik modal tanam.
“Iya buat apa, barangkali ada orang, tetangga atau siapapun yang membutuhkan tomat untuk dikonsumsi silahkan dipetik saja. Kalau kerugian tomat biaya tanam saja sekitar Rp 40 juta sampai Rp.50 juta,” bebernya.
Dia menduga penyebab harga tomat murah karena banyaknya ketersediaan barang di pasaran, sehingga menekan harga komoditas tersebut. Hasil produksi berlimpah tidak sepenuhnya diserap pasar, sehingga terjadi kelebihan barang dan murah.
Petani berharap, ada badan usaha atau koperasi yang dapat menyerap hasil panen mereka untuk diteruskan ke perusahaan atau korporasi yang membutuhkan bahan baku tomat segar.
“Kalau ada koperasi bisa menyerap komoditas hasil panen petani, dipastikan harga tomat tidak terlalu anjlok begini,” tandasnya. (sma/udi)
Baca juga :