Harga Tembakau Terjun Bebas, Petani di Mojokerto Mengaku Rugi, Ini Sebabnya

Foto : Ilustrasi petani tembakau

Para petani tembakau di Kecamatan Kemlagi, Kabupaten Mojokerto nampaknya tidak bisa menikmati hasil panen seperti tahun sebelumnya. Hal itu karena tembakau basah harganya anjlok.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, para petani tidak bisa menjual hasil panen langsung ke gudang tembakau, karena di masa pandemi ini mereka tidak mau menerima tembakau basah. Sedangkan kalau dijual di tengkulak, harganya juga turun cukup drastis.

Jafar, petani tembakau di Desa Mojokumpul, Kemlagi mengatakan, pihaknya selama ini menjual hasil panennya ke gudang dikawasan Nganjuk. Namun saat ini mereka tak mau menerima tembakau basah.

Gudang itu hanya menerima tembakau kering. Padahal petani setempat selama ini tidak pernah menjual tembakau kering. Sehingga tidak ada pilihan lain, selain menjualnya ke tengkulak.

Kata Jafar, harga tembakau basah hanya Rp 1500 per kg. Harga itu dinilai terlalu murah dan dipastikan tidak menguntungkan petani. Padahal tahun lalu harga tembakau basah di tingkat petani terendah masih dikisaran Rp 3500 per kg. Bahkan pernah menyentuh Rp 5000 hingga Rp 7000 per kilogram.

Sedangkan untuk tembakau kering pada tahun ini harganya juga anjlok dikisaran Rp 18 ribu, dari harga normal Rp 30 ribu hingga Rp 35 ribu per kilo.

Akibat harga tembakau anjlok, Jafar memperkirakan para petani tembakau bakal beralih untuk menanam kangkung yang harganya masih stabil.

Sementara itu, Parto petani yang lain juga mengatakan, pihaknya mengaku rugi di panen raya tembakau saat ini. Sebagian besar petani tidak bisa menjual hasil panen tembakau basah. Hal itu setelah tidak dibukanya gudang di Nganjuk yang biasanya jadi jujukan petani. (sma/udi)

Baca juga :