Desainer Muda Berusaha Kenalkan Batik Khas Mojokerto Hingga Kancah Nasional

Designer muda asal Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Saf Tuasikal (27) berusaha untuk mengenalkan batik khas Mojokerto ke masyarakat umum luar hingga kancah Nasional.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, Saf Tuasikal menggelar acara fashion show di Sunrise Mall Mojokerto Minggu kemarin (18/10/2020) dengan tema “Muda Bergaya adalah Muda yang Berbudaya”. Dia mengangkat dua motif batik khas Mojokerto, flora dan Sisik Gringsing serta Japanese Style, dengan mamamerkan 10 karya terbaiknya.

Dia menjelaskan, konsep ini bertujuan untuk menjadikan motivasi para kaum muda, jika batik khas Mojokerto yang dipadu padankan dengan sejumlah Style seperti Jepang, China, maupun Korea bisa menghasilkan gaya busana fashion santai dalam keseharian.

“Kami memang ingin menunjukkan bahwa batik bisa dikemas dalam kemasan secara fashion yang trend tapi santai dan juga bisa di label atau bisa digunakan kapan saja,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, bergaya dengan memakai batik bisa menjadi pemuda berbudaya yang tidak hanya mengangkat budaya itu sendiri, juga dipastikan bisa terlihat keren.

Sebagai pemuda kelahiran asli Mojokerto yang kental akan budaya dan kesenian, menjunjung tinggi identitas daerah merupakan sebuah kebanggaan tersendiri.

“Tujuan saya agar batik bisa lebih dikenal, khususnya batik khas Mojokerto ini. Kami mencoba menyuguhkan fashion show yang dikemas sederhana melalui sepuluh karya rancangan desainnya yang memadukan antara batik khas Mojokerto dengan model baju yang bisa digunakan bergaya sehari-hari bergaya,” paparnya.

Dirinya menampilkan 10 karya terbaiknya yakni dua Mens Wear (baju pria), dua busana Modest Wear berhijab, dua Kids Wear (busana anak), dan juga empat koleksi busana wanita yang secara keseluruhan Look adalah busana Dialy Wear dan Wearable dengan perbandingan motif batik Flora Mojokerto.

Selain itu dia juga memadukan batik Mojokerto dengan masker yang saat ini diwajibkan oleh pemerintah dalam menekan angka penyebaran Covid-19.

“Kita tunjukkan identitas batik utamanya lewat masker. Bisa dipakai kapan saja dan dalam berbagai situasi formal maupun non formal. Sengaja dalam penuangan warna juga dipilih warna-warna muda agar terlihat terkesan muda, seperti Peach, coklat, biru muda, putih, maupun hijau,” jelasnya.

Meskipun di tengah pandemi Covid-19, dia berharap tidak membuat kaum milineal untuk berhenti berkarya.

Untuk kedepannya, dia akan bekerja sama dengan pembatik di Mojokerto untuk membuat kemasan yang lebih bisa dipakai kaum millenial. Sehingga diharapkan batik yang khususnya batik Mojokerto bisa diterima semua kalangan. (sma/udi)

Baca juga :