Ratusan warga di dua Dusun di Desa Tempuran, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto hingga kini masih was-was terjadi banjir susulan, pasca rumah rumah mereka direndam banjir selama 15 hari.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, sejumlah warga terlihat ramai-ramai mencegah air masuk dengan meninggikan lantai rumah mereka.
Salah satunya dilakukan Warno (51) warga Dusun Bekucuk RT03/RW03. Dia mengatakan, selain trauma kembalinya banjir susulan, alternatif mencegah air banjir masuk ke dalam rumah yakni dengan merenovasi lantai rumahnya menggunakan tanah uruk.
Kata Warno, hal ini dilakukan agar bila terjadi banjir susulan tidak semua bagian rumah yang terendam, tapi adayang masih bisa ditempati.
“Posisinya rumah lebih rendah dengan jalan sehingga ketinggian lantai sehingga saya tinggikan sekitar 70 cm, yang disamakan dengan jalan raya,” terangnya.
Menurut dia, renovasi lantai rumah ini diharapkan mampu mencegah air banjir masuk ke dalam rumah yang ketinggiannya mencapai 40 sentimeter sampai 60 sentimeter.
“Lantai kamar dan dapur ditinggikan bisa untuk menghalau air banjir agar tidak sampai masuk rumah,” ucap Warno.
Sebelumnya selama banjir, Warno bersama istrinya Ulimah (45) dan anaknya selalu mengungsi ke rumah tetangga. Ditambah lagi, kondisi rumahnya berada di dekat aliran sungai dan paling parah terendamnya.
“Paling tidak kamar dan dapur masih tetap bisa dipakai istirahat dan masak ketika sewaktu-waktu terjadi banjir susulan,” jelasnya.
Sementara untuk renovasi rumah agar terhindar dari banjir ini, dia harus mengeluarkan uang jutaan rupiah. Juga terpaksa dirinya menerima tawaran pinjaman uang untuk membeli bahan material tanah uruk yang seharga Rp.350 ribu.(sma/udi)
Baca juga :