Harga Cabai Melonjak, Petani Cabai di Mojokerto Kaya Mendadak, Borong Mobil hingga Rumah

Mahalnya harga cabai yang tembus hingga Rp 120 ribu per kilogramnya menjadi berkah tersendiri bagi para petani cabai di Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto. Karena, ratusan petani mendapat keuntungan berlipat hingga ratusan juta

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, sebagian petani cabai ini sekarang banyak yang kaya mendadak hingga bisa membangun rumah, membeli hewan ternak hingga berbondong-bondong membeli motor, mobil dan perhiasan.

Udi (45), salah satu petani cabai asal Dusun Brejel Kidul RT4/RW02, Desa Pucuk, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto mengaku, hasil panen cabai yang harganya melambung ini membuat dirinya mampu membangun rumah.

Berkah mahalnya harga cabai ini, dalam waktu satu bulan ini, Udi mampu membangun rumah berukuran 6 meter x 13 meter yang sebelumnya sederhana berdinding kayu dan berlantai tanah kini disulap menjadi bangunan kokoh permanen, berlantai keramik, lengkap dengan teras dan kanopi.

“Bangunan rumah awalnya dari dinding kayu kini dibangun dalam waktu sebulan dari penghasilan panen cabai karena harganya lagi bagus,” ungkapnya, Minggu (28/3/2021).

Selain bangun rumah, Udi bersama istrinya Umiyati (35) rencananya akan menginvestasikan uang hasil panen cabai rawit untuk membeli ternak dan perhiasan emas. “Rencananya beli hewan ternak sapi dua ekor, jika ada sisa dibelikan perhiasan emas buat investasi dan tabungan,” terangnya.

Udi juga mengatakan, mayoritas masyarakat di Desa Pucuk merupakan petani cabai yang juga mendapat berkah dari mahalnya harga cabai. Dia mendapatkan keuntungan dari hasil panen hingga mencapai ratusan juta. “Banyak yang merenovasi rumah mayoritas se-desa ramai-ramai membangun rumah dan ada juga yang beli puluhan motor sama mobil,” ujarnya.

Menurutnya, hasil panen tahun ini cukup melimpah, misalnya dari lahan seluas setengah hektare atau 500 meter persegi miliknya, dia menghasilkan kurang lebih sekitar 1 ton cabai dari 10 kali panen. Setiap panen bisa mengumpulkan cabai rawit rata-rata sekitar 1,9 kwintal. “Satu minggu sekali panen yang rata-rata dalam sekali panen dapat Rp 13 juta sampai Rp 15,2 juta, kalau sekarang sudah dapat 10 kali panen,” bebernya.

Dia menjual hasil panen cabai rawit pada pengepul atau tengkulak didekat rumahnya. Memang harga dari pengepul membeli cabai ditingkat petani sudah tinggi, karena disejumlah daerah minim ketersediaan barang.

Harga cabai rawit ditingkat petani mahal secara bertahap yaitu sejak awal panen berharga Rp 50 ribu per kilogram dan puncaknya menyentuh Rp 90 ribu- Rp 95 ribu per kilogram. Dan tahun ini mahalnya harga cabai bisa bertahan cukup lama sehingga sangat menguntungkan para petani.(sma/udi)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :