Kebanjiran Pesanan, Lapas Mojokerto Genjot Produksi Sepatu Kulit Karya Narapidana

Salah satu upaya pembinaan bagi narapidana penghuni Lapas Kelas II B Mojokerto tidak hanya mental dan kerohanian saja. Melainkan setiap narapidana diberikan keterampilan dalam bimbingan kerja.

Salah satunya, keterampilan dalam membuat produksi sepatu. Bahkan disebut-sebut karya produksi sepatu kulit milik penghuni lapas II B Mojokarto ini, kini sedang kebanjiran pemesanan.

Mengigaat saat ini, sektor pendidikan mulai mengelar atap muka dan sektor perkantoran mulai berjalan normal. Tak jarang produk sepatu karya warga binaan lapas Mojokarto ini juga terjual hingga ke luar Mojokarto.

Didik Harianto Kepala Sub Seksi Kegiatan Kerja Lapas Mojokerto mengatakan, saat ini sejumlah warga lapas yang telah dibekali keterampilan kerja membuat sepetu kulit tengah di genjot, lantaran meningkatkan permintaan produk sepetu.

Kata dia, ada sedikitnya 10 warga binaan yang sudah diberi pelatihan kerajinan alas kaki dan sekarang mereka sudah bisa memproduksi sepatu yang sudah layak jual di pasaran. Bahkan produk dari warga binaan lapas kelas II B Mojokerto ini telah terjual sampai luar Mojokerto.

“Bukan hanya Mojokarto saja, tapi sampai luar Mojokarto seperti Jepara dan lainya, tapi lingkupnya masih dalam area Lapas,” bebernya.

Produk sepatu karya tangan para narapidana ini, yakni sepatu pantofel dan sepatu kasual. Produk mereka telah dipasarkan keluar dan banyak di buru oleh masyarakat khususnya di sekitar perkantoran.

Meski permintaan order sepatu sempat turun karena imbas pandemi, kali ini sejak sektor pendidikan mulai mengelar atap muka dan sektor perkantoran mulai berjalan normal mulai banyak orderan.

“Memang selama pandemi ini order sepatu kulit lapas mojokerto menurun dikarenakan banyak perkantoran yang melakukan WFH sehingga kebutuhan sepatu kulit pun menurun, dengan ini warga binaan akan lebih banyak mengisi waktunya dengan lebih produktif,” ungkapnya.

Dia menjelang, produk sepetu yang dibuat oleh warga binaan telah berjalan selama 10 tahun, dan hingga kini monitoring dan evaluasi masih terus dilakukan

“Tentunya menghasilkan produk-produk yang dapat bersaing di pasaran, dalam pembinaan kerajinan sepatu kulit ini petugas pembina membuka ruang seluas luasnya kepada WBP untuk menuangkan ide-ide keatif dan menerima setiap kritik dan saran yang masuk terkait kualitas produk dari konsumen sehingga harapan produk sepatu kulit lapas mojokerto dapat bersaing secara nasional dapat terwujud,” tandasnya.(fad/sma)

Baca juga :