
MOJOKERTO- Pengrajin alas kaki dan batik di Kota Mojokerto mendesak pemerintah untuk memperkuat proteksi terhadap barang impor, menyusul dampak kebijakan tarif impor USA.
Mereka khawatir penerapan
tarif timbal balik (Reciprocal tariff) impor, oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang sangat tinggi mencapai 32 persen itu dapat memicu gejolak di pasar global maupun pasar domestik.
Pengrajin alas kaki, Andy Tantyo (43) mengatakan, jika permintaan pasar USA menurun karena tingginya tarif, maka yang dikhawatirkan adalah Indonesia termasuk Kota Mojokerto akan berpotensi menjadi sasaran produk impor murah salah satunya alas kaki seperti dari China, Vietnam dan lainnya.
Sehingga produk dari IKM (Industri Kecil dan Menengah) di Kota Mojokerto yang kini sedang berjuang keras di pasar domestik dan, ekspansi ke luar negeri akan babak belur untuk bersaing dengan produk dari negara produsen tersebut.
“Kebijakan tarif impor USA, pastinya berdampak terhadap pasar global maupun pasar domestik. Kita pelaku IKM khawatir akibat tarif impor USA, maka potensinya akan banjir produk impor murah seperti dari China dan Vietnam (Alas kaki),” kata Andy dalam Forum Group Discussion (FGD) Terkait Dampak Kebijakan Impor USA, di sentra IKM Batik Maja Barama Wastra Kota Mojokerto, Sabtu (5/4/2025) malam.
Dalam forum strategis itu, para pengrajin alas kaki dan batik Kota Mojokerto, meminta pemerintah dapat melindungi para pelaku IKM dengan memperketat barang impor melalui pengawasan produk yaitu, penerapan SNI (Standar Nasional Indonesia dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
“Seharusnya pemerintah dapat melindungi IKM, dengan proteksi melalui SNI dan TKDN. Meskipun TKDN masih diberlakukan pada instansi, kita berharap juga bisa diterapkan untuk membentengi pada produk impor,” ungkap Andy.
Menurut Andy, sebelum kebijakan Trump diberlakukan sudah banyak produk impor khususnya alas kaki dari China dan Vietnam di pasar domestik.
Pelaku IKM Ngos-ngosan bersaing dari produk impor China, karena produk dari Negara tirai bambu itu lebih murah bahkan mayoritas perusahaan besar (Pabrik sepatu) mengambil bahan baku dari China.
“Kalau bahan baku bukan dari kulit (Polyester) kita sulit bersaing karena lebih murah dari sana (China). Tapi kalau produk alas kaki bahan baku kulit, mungkin kita masih bisa bersaing,” ungkap pria asal Kranggan, Kota Mojokerto tersebut.
Dirinya menyebut, strategi dalam menghadapi gempuran produk impor dan melindungi IKM adalah dengan memperketat masuknya barang luar negeri (SNI/TKDN) serta Pemda dapat menyerap produk asli dari Kota Mojokerto melalui pengadaan baju dinas batik maupun alas kaki.
“Dari IKM sudah menyampaikan ke Diskopukmperindag Kota Mojokerto, untuk konsumsi belanja daerah dapat memberdayakan IKM alas kaki. Misalnya pengadaan sepatu sekolah dan PNS, IKM alas kaki yang memproduksi dari Mojokerto untuk Mojokerto untuk mendorong ekonomi,” pungkasnya.
*Hasil FGD Dampak Kebijakan Impor USA Disampaikan Ke Pusat*
Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari optimistis menghadapi dampak isu global terkait kenaikan tarif impor USA yang dikhawatirkan bakal berdampak terhadap sektor ekonomi Indonesia, khususnya Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kota Mojokerto.
Ning Ita sapaan Walikota Mojokerto mengatakan, pemerintah daerah menghadirkan perwakilan dari pengrajin IKM maupun UMKM terkait dampak kebijakan tarif impor USA dalam forum FGD.
Perwakilan pengrajin meliputi alas kaki, batik, makanan minuman dan lainnya, serta Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kota Mojokerto, dan Disperindag Jawa Timur.
“Harapan saya pada diskusi ini akan menghasilkan rumusan solutif, yang kedepan dapat kita jadikan sebagai kebijakan untuk kita usulkan ke pemerintah pusat. Kita memastikan bahwa kebijakan yang diambil dapat mendukung IKM dan perekonomian daerah,” ujar Ning Ita sapaan Walikota Mojokerto.
Ketua Umum Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Mojokerto, Supriyadi, menambahkan, pelaku UMKM dapat segera transformasi digital sebagai upaya mengimbangi segmen pasar, yang beralih ke arah digital dan meninggalkan model pemasaran konvensional.
Menurut dia, kekuatan transformasi digital dalam memacu pertumbuhan ekonomi sangat besar dan dapat dilakukan pada semua jenis usaha.
“Jadi UMKM dapat kita kategorikan dan klasifikasikan, sesuai dengan setiap lapis yang ada. Harapan kita semua bisa menang di semua kategori, termasuk pedagang kaki lima,” tandasnya. (tim/ADV)
Baca juga :