Berdasarkan evaluasi dan data mitigasi lapangan yang dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), wilayah Kabupaten Mojokerto dinilai mempunyai tingkat kerawanan bencana yang cukup tinggi seperti potensi banjir, tanah longsor hingga puting beliung. Sehingga semua pihak juga harus antisipasi lebih dini serta meningkatkan kewaspadaan.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, berdasarkan struktur dan kontur tanahnya, wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung di tengah-tengah, dan tinggi di bagian selatan dan utara.
Zaini, Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto mengatakan, seluruh wilayah kabupaten cenderung memiliki potensi bencana, khususnya saat memasuki musim penghujan. Dengan rincian, 216 desa berpotensi banjir, 29 desa berpotensi longsor, dan 21 desa berpotensi terjadi angin puting beliung.
’’Jadi, potensi itu (bencana) ada. Bahkan, sejumlah wilayah sudah menjadi langganan. Seperti halnya saat musim kemarau, bencana kekeringan dan kebakaran sudah menjadi langganan,’’ jelasnya.
Menurutnya, banyak faktor yang menjadi pemicunya. Dalam kasus bencana longsor misalnya, BPBD telah memetakan wilayah rawan bencana. Yakni, di Kecamatan Trawas, Pacet, Jatirejo, dan Ngoro.
Alasannya, kondisi di 4 kecamatan itu kontur tanahnya kurang stabil atau gembur, sert memiliki kemiringan tebing yang cukup ekstrem. ’’Minimnya reboisasi atau pohon yang berfungsi menyimpan air juga membuat bencana longsor kian rentan,’’ tandasnya.
Untuk itu, warga yang melintas di kawasan tersebut harus ekstra waspada. Termasuk bagi penduduk yang bermukim di perbukitan dan dibawah lereng pegunungan.
Zaini juga mengatakan, sesuai edaran Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas I Juanda Surabaya, bulan November ini sebagian besar wilayah Jawa Timur sudah memasuki awal musim hujan, termasuk di Mojokerto.
“’Mengacu tahun-tahun lalu, bulan November termasuk bulan yang sering terjadi kejadian puting beliung yang berakibat pada kerusakan bangunan dan pohon tumbang,’’ terangnya. (sma/adm)
Baca juga :