Tanggal 10 Oktober diperingati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Salah satu tujuannya, tentu saja adalah agar masyarakat lebih memahami pentingnya kesehatan mental. Tidak dipungkiri mayoritas masyarakat hanya fokus terhadap gangguan kesehatan fisik saja.
“Faktanya kesehatan mental itu punya andil besar dalam kehidupan sehari-hari. Sakit fisik bisa berpengaruh terhadap mental, dan sakit mental juga bisa berpengaruh pada fisik,” ujar Hasri Ardilla, S.Psi., M.Psi., Psikolog, saat diwawancara langsung di ruang prakteknya di lantai 2 RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo, Senin (10/10).
Lebih lanjut, sosok yang akrab disapa Dilla ini menjelaskan bahwa kesehatan mental berkaitan dengan proses mental, cara berpikir dan mengelola diri, yang mana hal tersebut tidak tampak secara fisik. Hal itulah yang menyebabkan kesehatan mental kurang menjadi perhatian.
Meski demikian, terdapat sejumlah tanda-tanda yang bisa dijadikan indikator apakah seseorang mengalami gangguan ke arah kesehatan mental. Pertama, dari segi perilaku, seseorang akan mengalami hambatan, misalnya sulit berkomunikasi dengan orang lain, tidak mau bertemu orang lain, atau memiliki perilaku agresi / menyakiti orang lain.
“Kedua, emosi cenderung tidak stabil. Dan ketiga, kognitif yang terganggu. Misalnya, memori terganggu, sulit konsentrasi, tidak memiliki orientasi, dan kemampuan verbalnya buruk,” tambah Dilla.
Perempuan yang melanjutkan studi masternya di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya (UNTAG) ini lantas membagikan sejumlah tips untuk mencegah terganggunya kesehatan mental. Antara lain pertama, menjaga pola makan dengan mengkonsumsi makanan bergizi, dan istirahat cukup.
Kedua, menjalin interaksi yang sehat dan positif dengan orang lain di dalam lingkup sehari-hari kita, utamanya di rumah dan tempat kerja. Ketiga, meluangkan waktu untuk diri sendiri atau yang sering disebut ‘me-time’.
“Me-time ini bukan berarti lari dari masalah. Me-time itu esensinya adalah kepada who am I. Kita jadi lebih tahu, siapa sih diri kita. Me-time dapat dilakukan dengan melakukan hobi atau apapun yang melibatkan potensi yang ada di diri kita. Dari me time itu akhirnya bisa terbentuk self-love atau mencintai diri kita,” terang Dilla.
Serta tidak ketinggalan, rajin berolahraga. Aktivitas tersebut dapat meningkatkan dopamin yang akan membuat suasana hati seseorang bisa merasa lebih senang dan bahagia. Dilla lantas juga berpesan agar masyarakat tidak melakukan diagnosa sendiri atau self-diagnose.
“Jadi lebih baik datang ke tenaga profesional. Salah satunya bisa dengan datang dan konsultasi langsung dengan psikolog atau psikiater di RSUD. Bisa daftar lewat online, tidak perlu menunggu,” pungkasnya.(tim/sma)
Baca juga :