Pengguna jalan yang kerap melintas di Jalan RA Basuni Sooko, Mojokerto tentu sudah tidak asing dengan grup pengamen angklung asal Tegal. Karena mereka sudah mangkal di perempatan Sooko ini sejak enam bulan lalu.
Dari pantauan suaramojokerto.com, keberadaan pengamen yang beranggotakan lima orang ini memang jauh dari kesan pengamen lampu merah yang cenderung terkesan mengganggu dan memaksa pengguna jalan.
Mereka berpakaian rapi, memasang poster identitas grup keseniannya, Satria Nada asal Tegal dan menyanyikan lagu-lagu hits hingga secara utuh dan berlanjut. Artinya, tidak sekedar jreng-jreng lantas minta uang para penguna jalan.
Indra, salah satu pengamen yang bertugas memukul jegug dan bass drum tradisional menceritakan, alat musik yang mereka mainkan merupakan buatan sendiri. Karena menggunakan angklung, akhirnya dinamakan grup kesenian angklung Satria Nada dan mengamen dari satu kota ke kota lainnya.
“Kami berasal dari Tegal, Jawa Tengah. Kalau sudah sepi, kita beranjal ke kota lain. Rezeki kita di jalanan dan tak hanya mencari uang, tapi kita juga ingin mengenalkan angklung yang menjadi alat musik kebanggan bangsa Indonesia,” ujarnya.
Kata Indra, dirinya dan 4 temannya sudah enam bulan mengamen di Mojokerto dan mangkal di sekitar lampu merah Jalan RA Basuni, Sooko. “Kita berlima ngekost di Jombang,” tutur Indra.
Indra juga mengatakan, setiap hari grup kesenian angklung Satria Nada mengamen mulai jam 09:00 – 15:00 WIB. Hasilnya dipakai untuk biaya hidup dan membeli peralatan. “Rata-rata kami mendapat Rp100.000 per hari. Tapi sering juga ada pengguna jalan yang memberikan yang cukup banyak,” pungkasnya.(sma)
Baca juga :