Hari ini merupakan tahapan akhir bagi jamaah yang mengambil Nafar awal untuk melakukan lempar jumrah ula,usto dan aqobah. Jadwal lontar jumrah selalu menjadi masalah serius bagi jemaah haji Indonesia dalam setiap tahun pelaksanaan ibadah haji.
Informasi yang dihimpun H. Basuni Wartawan Radar Mojokerto langsung dari Arab Saudi melaporkan, banyak dari jemaah haji ingin melakukan lempar jumrah di waktu pagi atau dhuha, karena mengejar afdholiyahnya. Sebab seperti itulah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang melontar jumrah di saat dhuha.
Tapi masalahnya tidak hanya jemaah haji Indonesia yang ingin lontar jumrah di saat itu. Karena ada jutaan jemaah haji lainnya yang juga ingin melakukannya.
KH. Akhmad Basori Karom 9 kloter 61 mengatakan, kondisi Mina serta Jamarat yang sangat sempit, sangat berisiko melakukan lontar jumrah di saat tersebut (waktu dhuha).
“Biasanya memang ada banyak juga, jemaah haji kita yang memegang teguh waktu afdholiah untuk melempar jumrah, ba’da zawal atau tergelincirnya matahari itu. Ba’da zuhur sekitar jam 2 itu cukup banyak jemaah haji Indonesia,” katanya.
Namun dengan adanya jadwal lontar jumrah yang ditetapkan Pemerintah Arab Saudi, dia berharap agar jemaah haji Indonesia mematuhi jadwal tersebut. “Dan kita sudah sampaikan ke jemaah bisa mempertimbangkan dan mengukur diri dan bisa menghitung situasi agar mencegah kemudharatan yang cukup besar,” katanya.
Menurutnya, lontar jumrah yang dilakukan bukan di waktu utama tidak akan mengurangi keabsahan ibadah haji seseorang. “Tetap sah, karena pertama adalah demi menjaga keamanan seluruh jamaah haji, kedua tentu pembagian waktu-waktu itu telah mempertimbangkan hukum-hukum secara syar’i,” jelasnya.
Sekedar informasi, hari ini merupakan waktu terakhir bag yang mengambil Nafar awal, lalu kembali ke Mekkah.
Bagi jemaah yang ambil Nafar Tsani, besok merupakan waktu terakhir. Jadi artinya, jemaah masih bertahan di Minna, kemudian baru ke esokan harinya kembali ke Mekkah.
Jamaah yang kembali ke mekkah akan melakukan Thowaf Ifadah, Sa’i dan Tahallul akhir. Setelah itu, semua proses haji sudah selesai, karena semua rukun haji sudah dilaksanakan.
Sementara menurut Mukti Ali, Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag Kabupaten Mojokerto mengatakan, kondisi jamaah secara umum sehat dan lebih baik dibanding kondisi jamaah pada tahun sebelumnya.
Hingga saat ini, ada 2 jamaah asal Kabupetan Mojokerto yang meninggal dunia, yang rawat inap di RSAS tidak ada dan pada saat wukuf di Arofah juga tidak ada yang disafari wukuf. “Semoga kondisi kesehatan jamaah akan terjaga sampai diboyong ke Madinah dan kembali ke tanah air,” pungkasnya.(sma/adm)
Baca juga :