Kata Yuhan, sapaan akrab Ayuhanafiq, tidak ada data tertulis Soekarno belajar di Ongko loro mulai tingkat berapa. Namun, ketika kenaikan kelas dari kelas IV ke kelas V, orang tuanya menginginkan Soekarno untuk melanjutkan ke jenjeng sekolah yang lebih tinggi.
”Karena saat itu lulusan dari Sekolah Ongko Loro tidak akan bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi,” paparnya.
Soekemi mengurus kepindahan putra keduanya itu ke sekolah Eropa di Mojokerto. Sekolah yang dituju adalah Europesche Lagere School (ELS), yang sekarang ditempati SMPN 2 Kota Mojokerto, di Jalan A Yani.
ELS ini memang dikhususkan untuk menampung siswa Belanda. Kalaupun ada warga pribumi, itu hanya diperuntukkan bagi keturunan priyai.
Untuk memuluskan rencananya, Soekemi pun meminta bantuan kepada Kepala Inlandsche School. Hingga akhirnya, Soekarno resmi pindah di ELS. Sekolah yang dijuluki sekolah kelas satu atau Eerteste Klasse.
Sekolah ELS dan sekolah ongko loro sebenarnya sama-sama setingkat sekolah dasar, hanya saja di ELS sampai dengan kelas VI sedangkan sekolah ingo loro hanya sampai kelas V sehingga tidak bisa melanjutkan ke jenjang lebih tinggi.
Selain itu, di ELS semua fasilitas lebih bagus, mulai dari dinding kelas, bangku sekolah lengkap dengan laci dan tempat tinta dan sistem pembelajaran ELS juga menggunakan standar pendidikan Belanda dan bisa.melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggu.
”Lulusan ELS juga dipersiapkan untuk menjadi pejabat pemerintah (Hindia Belanda). Selain itu juga untuk pegawai perusahaan level menengah,” terang Yuhan.
Alasan itu lah yang membuat Soekemi memindah Soekarno dari Sekolah Ongko Loro. Dan pada tahun 1911 Soekarno resmi pindah ke ELS. Namun karena dianggap tidak mahir berbahasa belanda, di ELS Soekarno tidak bisa masuk di kelas V melainkan di kelas IV. ”Bung Karno tetap diterima di ELS. Tapi, harus tetap di kelas IV,” sebutnya.
Untuk mengejar ketertinggalan pelajaranz khususnya kemampuan berbahasa belanda, Soekemi meminta bantuan seorang pengajar bahasa Belanda yang bernama Maria Paulina untuk menggembleng Soeakrno. Di samping itu, Soekarno juga dekat dengan siswi ELS bernama Rika Meelbuysen yang membuatnya semakin fasih berbahasa Belanda.
Sampai akhirnya, Soekarno berhasil lulus dari ELS dan melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School (HBS) di Surabaya. Sejak saat itulah, Soekarno meninggalkan Mojokerto.(sma/udi)