Akibat musim kemarau, tidak hanya menyebabkan 6 Desa di 3 Kecamatan di Kabupaten Mojokerto krisis air juga menyebabkan air di sejumlah waduk mulai menyusut.
M. Zaini, Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto menegaskan, air di sejumlah waduk mulai menyusut. ’’Hasil pemetaan BPBD mencatat ada 50-an waduk yang mengering,’’ katanya.
Menurutnya, musim kemarau berkepanjangan saat ini berpengaruh pada waduk-waduk yang biasanya dimanfaatkan warga untuk pertanian juga mengering.
’’Tanah waduk juga retak-retak karena tidak ada suplai air. Ditambah cuaca sekarang ini cukup panas. Padahal, puluhan waduk itu sejauh ini menjadi satu-satunya penopang warga dalam mencukupi kebutuhan hewan piaraan dan lahan pertanian”, katanya.
Kata Zaini, 50 dari 61 waduk yang mengering itu tersebar di utara wilayah sungai Brantas. Meliputi, 11 waduk di Kecamatan Jetis, 18 waduk di Kemlagi, dan 21 waduk tersebar di Kecamatan Dawarblandong. ’’Total luasan waduk yang terdampak sekitar 50-55 hektare,’’ terangnya.
Hampir di setiap wilayah khususnya terdampak kekeringan membuat debit air terus menyusut. Baik di waduk yang sering dimanfaatkan para petani mengairi tanaman atau di sumur bor warga.
Sejauh ini mengeringnya air juga berdampak pada pemenuhan kebutuhan air bersih. ’’Tentu juga akan berdampak pada pertanian, karena notabene cocok tanam kan memang butuh air,’’ tegasnya.
Selain, dropping air bersih sebagai upaya tanggap darurat, BPBD juga terus mendorong OPD teknis dalam hal ini PUPR untuk melakukan mitigasi struktural dalam bentuk civil teknis dan vegetative. Yakni, melakukan normalisasi pengerukan serta perbaikan fisik waduk terutama yang ada di utara sungai.
“Tak kalah penting adalah reboisasi tanaman yang berfungsi menyimpan air. Seperti bambu petung, mahoni dan lainnya,’’ jelasnya. (sma/adm)
Baca juga :