Sejumlah santri di Mojokerto mempunyai cara yang unik dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional (HSN) yang jatuh pada Kamis 22 Oktober 2020.
Mereka menggelar acara di Puncak Gunung Penanggungan di ketinggian 1653 MDPL yang menjadi simbol alam sebagai penyeimbang kehidupan manusia yang perlu di jaga.
Dipuncak Penanggungan itulah, para santri menggelar aksi peringatan HSN 2020 dengan mengibarkan bendera sepanjang 40 meter oleh Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama (LPBI-NU) Mojokerto bersama puluhan santri dan juga juga para pendaki.
Selain mengibarkan bendera merah putih sepanjang 40 meter, mereka juga mengibarkan bendera Nahdatul Ulama (NU)
Saiful Anam, Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdatul Ulama (LPBI-NU) Mojokerto mengatakan, meski saat ini dalan situasi pandemi, tapi peringatan HSN 2020 tetap harus diperingati dengan penuh semangat.
Tidak akan mematahkan semangat resolusi jihad KH Hasyim Asyari yang menggerakkan santri, pemuda, dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial.
“Dalam sejarah memang Hari Santri Nasional (HSN) mencerminkan resolusi jihad KH Hasyim Asyari yang pada saat itu menggerakkan santri, pemuda, dan masyarakat untuk bergerak bersama, berjuang melawan pasukan kolonial,” ungkapnya.
Saiful Anam juga mengatakan bahwa sekarang bukan lagi melawan kolonial, melainkan melawan ke-ego-an manusia. “Sehingga, kita sebagai kader NU atau santri mengambil semangat KH Hasyim Asyari dalam memerangi itu, salah satunya menjaga alam,” terangnya.(sma/udi)
Baca juga :