Sejak adanya kolam ikan, ada warga luar datang untuk sekedar memberi makan ribuan ekor ikan yang mulai berusia tiga bulan, hingga usia siap panen berada di dalam sungai yang tampak jernih.
“Pakannya di jual memang cukup Rp 1000 per bungkus. Orang-orang sudah bisa kasih makan, apalagi anak-anak sini suka sekali. Hiburan mendidik buat mereka, kas lingkungan juga terisi,” terangnya.
Selain kolam ikan sungai, pengembangan pemanfaatan lahan pekarangan salah satu warga setempat dengan menanam berbagai jenis sayuran menggunakan metode eco farming juga cukup berhasil.
Hasilnya, tanaman berupa sawi, tomat, terong, hingga pokcoy atau dikenal sawi daging juga sudah tiga kali panen sejak penyemaian enam bulan. “Ini khusus organik, kita pakai pupuk dari RPH,” tambahnya.
Saat panen, selain dibagi-bagi, warga sekitar juga bisa membeli dengan harga murah, satu ikat sawi organik hanya dihargai Rp 800, sedangkan terong ungu dihargai Rp 5.000 per tiga buah. Sekain itu, hasil panen lokal ini bisa juga didapat di E-Waroeng yang ada di Kota Mojokerto.
Sementara, anggota DPRD Kota Mojokerto, Muhammad Harun mengatakan, kepedulian dan kesadaran warga perkotaan seperti ini bisa berhasil, karena dukungan semua elemen.
“Ini dibangun dari sebuah kebersamaan sinergi, terus pada akhirnya ya kita bisa lihat hari ini sungai sudah cukup bersih,” ungkapnya.
Harun juga mengatakan, proyeksi ke depan untuk pengembangan konsep ini, akan memanfaatkan anggaran dana kelurahan hampir sekitar 1 miliar, agar semua di lingkunan ini kelihatan bersih dan rapi.(sma/udi)