Meroketnya harga cabai dalam dua pekan terakhir rupanya tak dinikmati semua petani cabai rawit di Mojokerto. Justru sebagian petani cabai mengeluh tanaman cabai rawit yang siap panen tiba-tiba membusuk karena serangan jamur petek.
Tak hanya itu, petani cabai rawit di Desa Cinandang, Kecamatan Dawarblandong, Kabupaten Mojokerto ini juga diserang oleh hama hewan kecil yang meninggalkan telur dan merusak hasil panen.
Dengan adanya serangan hama ini, tanaman cabai yang mulai berbuah hingga siap panen tiba-tiba rontok, sebagian juga mengalami pembusukan.
Arik Susantin, salah seorang petani cabai rawit asal Dusun/Desa Cinandang, Kecamatan Dawarblandong mengatakan, serangan penyakit ini membuat hasil panenya menurun drastis.
Di lahan seluas kira-kira 200 meter persegi miliknya, biasanya dia bisa memanen 1,5 kwintal cabai rawit. Tapi, pada panen kali ini hasilnya tidak sampai 1 kwintal. ”Selain penyakit petek, hama hewan kecil-kecil itu meninggalkan telur dan membut cabai busuk,” ungkapnya.
Kata dia, penyakit petek membuat kulit cabai hitam mengering. Sementara itu, bagian dalam buah mengalami pembusukan. Kondisi ini tentunya membuat cabai tidak laku dipasaran. ”Yang busuk-busuk itu dikeringkan terus disimpan. Nanti kalau sudah lewat musim panen, bisa dijual mahal,” tambahnya.
Cabai kering itu, dijualnya dengan harga Rp 25 ribu per kilogram (kg). Harga ini tentunya berbeda jauh dengan cabai masak yang saat ini berada di angka Rp 70 ribu per kilogram (kg).
Pihaknya berharap pihak-pihak terkait turut memperhatikan nasib petani. ”Sekarang alhamdulillah harganya tinggi. Tapi kalau hasil panennya begini, semoga bisa balik modal,” tandasnya.(sma/udi)
Baca juga :