Program wakaf sawah produktif (WPS) 500 hektare di Jawa Timur kerjasama Global Wakaf-ACT, Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I), dan Gema Petani kini sudah memasuki masa panen. Termasuk, puluhan hektare sawah di Mojokerto.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto com, Gebyar Panen Raya WPS ini digelar Sabtu (10/04/2021) di Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kecamatan Kutorejo, Mojokerto yang dihadiri Presiden ACT, Ketua MUI Pusat, Ketua Pembina YP3I, Perwakilan dari Kodam V Brawijaya, dan Dandim 0815 dan sejumlah tokoh lainnya.
Sekedar informasi, di sawah yang ada Dusun Tumpangsari ini sebelumnya dilakukan Gebyar Tanam Padi pertama pada 26 Desember 2020 dengan benih padi jenis HMS700 hasil penelitian Prof Hariyadi dari Banyuwangi. Dengan benih spesial ini, hasil panen ditarget meningkat dari sekitar 5 – 7 ton per hektare menjadi 12 – 21 ton per hektare. Sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ibnu Khajar mengatakan, dalam program WPS ini, semua biaya ditanggung oleh Global Wakaf, mulai dari benih, pupuk hingga biaya operasionalnya. Dan padi yang dihasilkan, juga akan dibeli oleh ACT dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar.
“Kita bertekad memperjuangkan kesejahteraan para petani. Niat dan semangat besar itu dimulai dari panen raya pertama di Jatim yang dibiayai wakaf di Dusun Tumpangsari. Hasil panen diserap ACT untuk kebutuhan Gerakan Sedekah Pangan Ramadhan dan aksi-aksi kemanusiaan lainnya,” ungkapnya, Sabtu (10/4/2021).
Ibnu Khajar juga mengatakan, intervensi wakaf pada produksi tani dimulai sejak pembibitan dengan menggunakan jenis HMS700, yang mana dalam satu malai dapat mencapai 700 bulir. Lalu dalam pemeliharaan, para petani juga diberikan biaya dan akses untuk mendapatkan pupuk. Sehingga, kualitas padi terjaga dan mendapatkan hasil maksimal.
Sementara Prof Hariyadi mengatakan, berdasarkan hasil panen padi jenis HMS700 Program WPS ini, hasilnya di beberapa daerah mencapai 14 ton per hektare. “ini di beberapa daerah hasilnya stabil, kemarin di Ponorogo hasilnya 16 ton (per hektare), di Malang di musim yang jelek itu mash mencapai 14,7 ton, artinya masih diatas 12 ton,” terangnya.
Prof Hariyadi juga mengatakan, akan terus mengembangkan penelitiannya agar HMS700 ini bisa mencapai hasil 21 ton per hektare juga mengupayakan masa tanamnya lebih pendek. “Ini masa tanamnya masih sama dengan padi pada umumnya, nanti kita berupaya untuk mempercepat bisa 80 hari, karena proses foto sintesanya dipercepat,” tandasnya.
Sementara K.H. Mahfudz Syaubari, Ketua Pembina YP3I mengatakan, panen raya menjadi suatu kebahagiaan bagi petani setelah lebih kurang tiga bulan memelihara dan menjaga padi seperti anak sendiri. “Kebahagiaan itu bertambah saat padi yang ia hasilkan digunakan untuk kemaslahatan umat, menolong warga pra sejahtera, yang membutuhkan, dan kelaparan,” ujarnya.
Sekedar informasi, program Wakaf Sawah Produktif di Jatim dilaksanakan di Mojokerto, Sidoarjo, Pasuruan, Malang dan Ponorogo dengan melibatkan 3.000 petani, 22.500 tenaga kerja. Selain itu ada 2.500 pesantren yang terberdayakan dengan 23.500 santri yang menerima manfaat per bulan. Di luar itu, ada 440.474 KK yang menjadi penerima manfaat.(sma/udi)
Baca juga :