Secara medis, Sleep paralysis terjadi karena transisi tubuh ke atau dari tidur (REM) yang tidak sinkron dengan otak. Artinya, orang itu sadar tapi tubuh mereka tetap dalam keadaan tidur yang lumpuh.
Sehingga, area otak yang mendeteksi ancaman berada dalam kondisi tinggi dan terlalu sensitif.
Sedikit gambaran, ketika orang tidur tubuh rileks, dan otot-otot sukarela tidak bergerak.
Disisi lain, ada siklus gerakan mata cepat (REM) dan gerakan mata tidak cepat (NREM). Siklus REM-NREM yang berlangsung sekitar 90 menit. Dan sebagian besar waktu yang dihabiskan untuk tidur adalah dalam NREM.
Selama NREM atau mata bergerak tidak cepat, tubuh rileks. Tapi, ketika selama REM atau mata bergerak cepat, tetapi tubuh rileks maka hal itulah yang membuat tidak sinkron dengan otak. Hingga terjadi Sleep paralysis.
Faktor-faktor yang dikaitkan dengan sleep paralysis antara lain: Narkolepsi, Pola tidur tidak teratur, misalnya karena jet lag atau kerja shift, tidur telentang atau ada tiwayat keluarga.
Sleep paralysis dapat menjadi gejala masalah medis, seperti depresi klinis, migrain, apnea tidur obstruktif, hipertensi, dan gangguan kecemasan.
Sementara untuk penanganannya, memang tidak ada pengobatan khusus untuk sleep paralysis, tetapi manajemen stres, menjaga jadwal tidur yang teratur dan menghindari faktor penyebab dapat mengurangi kemungkinan tersebut. Termasuk menghindari tidur siang setelah pukul 15:00 WIB.(tim/sma)
Baca juga :