Menghadapi bencana kekeringa yang hampir terjadi tiap tahun di Kabupaten Mojokerto, BPBD menyiapkan 590 tangki air bersih untuk di distribusikan ke daerah yang terdampak bencana kekeringa.
Informasi yang dihimpun Dari jumlah tersebut Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto menganggarkan sebesar 225 juta dari APBD tahun ini.
Plt Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto Lutfi Ariyanto mengatakan, telah menganggarkan sebesar 225 juta untuk droping air bersih yang diambil dari APBD tahun ini.
Berdasarkan peta bencana, dirinya menyebut jumlah daerah rawan kekeringan di Kabupaten Mojokerto relatif berkurang dibanding sebelumnya. Pasalnya, tahun sebelumnya hampir seluruh desa di Kecamatan Dawarblandong masuk dalam zona merah kekeringan.
”Berdasarkan pengajuan dari kecamatan untuk saat ini hanya beberapa desa itu. Karena tahun ini aliran weslik sudah jalan dan tawaran pipa dari PDAM terus bertambah, jadi sudah ada penyelesaian,” ujarnya, Jum’at (13/08/2021).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terdapat lima desa dari dua kecamatan yang dikategorikan sebagai zona merah dalam bencana kekeringan.
Lima Desa tersebut yakni, Desa Duyung di Kecamatan Trawas kemudian Desa Kunjorowesi, Manduro Manggunggajah, Kutogirang, dan Wotanmas Jedong di Kecamatan Ngoro.
“Lima desa yang tersebar di dua kecamatan di Kabupaten Mojokerto ini hingga sampai saat ini masih kesulitan mengakses air bersih untuk konsumsi sehari-hari,” paparnya.
Sejauh ini, dirinya mengaku sudah siap untuk melakukan droping air bersih. Hanya saja, pihaknya masih menunggu waktu masing-masing desa membutuhkan air bersih. Pasalnya, droping air baru bisa dilakukan setelah adanya permintaan dari masing-masing desa.
”Sejauh ini baru tiga desa yang mengajukan droping. Desa Duyung, Kunjorowesi, dan Manduro Manggunggajah,” ungkapnya.
Dari dana APBD sebesar 225 juta untuk 590 tangki air bersih, dirinya mendorong sejumlah desa lainnya yang dinilai terdampak kekeringan untuk segera mengajukan droping air.
Sebab, hingga kini pengajuan droping air dinilai masih minim. Padahal, puncak musim kemarau yang menimbulkan kekeringan diprediksi mulai terjadi di bulan Agustus hingga Nopember nanti. Hanya saja, di sejumlah daerah masih mengalami hujan dengan intensitas rendah lantaran saat ini tengah dalam masa kemarau basah.(fad/Sam)
Baca juga :