Sejumlah petani cabai di Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto mengeluhkan harga cabai yang merosot tajam. Pasalnya saat ini harga cabai hanya di hargai 8 ribu perkilogram (Kg).
Salah satu petani cabai Selamet Wulyohadi (28) warga Desa Mojorejo, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto mengaku, anjloknya harga cabai rawit di tingkat petani terjadi secara bertahap sejak PPKM berlangsung pada dua bulan yang lalu.
Jika sebelumnya harga cabai sempat tembus angka 50 sampai 25 ribu per kilogram (Kg) saat ini harga cabai berada di kisaran 10 ribu. Bahkan jika kuliatasnya agak jelek perkilo hanya di hargai Rp 8 ribu.
“Anjloknya hingga 80 persen, jika dibandingkan dengan biaya perawatan jelas kita tak untung,” ungkapnya.
Menurut dia, dengan harga tersebut para petani mengaku merugi, harga jual tersebut tak mampu menutup biaya produksi petani. Sehingga, banyak petani yang memilih untuk tidak menjual hasil panennya kali ini alias untuk konsumsi pribadi. Bahkan, tak sedikit petani yang memutuskan tidak memanen cabai atau membiarkannya di kebun.
“Kalau saya lebih memilih untuk saya panen sendiri dan saya konsumsi sendiri dan kadang saya kasih Ken ke keluarga dan tetangga,” terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Disperta) Kabupaten Mojokerto Teguh Gunarko mengaku, banyak hal yang mempengaruhi anjloknya harga cabai dikalangan petani.
Diantaranya pasokan cabai dari luar daerah yang dijual di wilayah Mojokerto, kondisi cuaca dan tentunya hingga sampai saat ini PPKM masih terus berlanjut.
Kata dia, anjloknya harga cabai bukan hanya dialami petani cabai di Mojokerto, melainkan beberapa darah lain yang notabennya masyarakatnya sebagai petani cabai juga mengalami hal serupa.
Meski begitu, pihaknya menilai harga cabai rawit saat ini masih dikisaran Break Even Ponit (titik impas produksi). Sehingga para petani dinilai tidak terlalu merugi.
“Untuk BEP cabai rawit dikisaran Rp 9 ribu – Rp 10 ribu. Jadi bisa dikatakan masih tidak terlalu merugi, semoga semua segera stabil,” tegasnya.(fad/sam)
Baca juga :