Tak dapat Job Selama PPKM, Barongsai Turun Ngamen di Mojokerto

Lima pekerja seni Barongsai Indonesia Street Lion terpaksa turun gunung ke Kota Mojokerto untuk mengamen. Hal itu lantaran sepinya job manggung hingga akhirnya tak bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sejak pandemi Covid-19.

Andre Aliana salah satu personil mengaku terpaksa turun gunung dengan berpindah-pindah lokasi untuk mengamen lantaran sepinya Jop mangung selama PPKM berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sejak pandemi Covid-19.

“Sejak enam bulan kita keliling Jawa dan hari ini kita di Kota Mojokerto. Ini kita lakukan ya karena gak ada kegiatan juga sih. Nyari kerjaan juga susah sekarang,” ucap Andre liana.

Dirinya mengaku, bersama empat rekannya yang berasal dari Tangerang, Jakarta Barat, dan Jakarta Utara ini memilih mengamen keliling antar provinsi sejak enam bulan lalu.

 

Sejak lima bulan, sudah tiga lokasi yang sudah ditetapti mereka untuk dikelilingi jelang perayaan imlek lima bulan lagi, yakni Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

 

“Kita keliling Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Perkumpulan kita dari Jakarta, tapi ini ngetem (berhenti/tinggal) di Surabaya,” ujar Andre.

Sejak tiga hari yang lalu, dirinya menceritakan sudah berkeliling di Kota Mojokerto, mulai dari menyusuri pasar tradisional, perkampungan hingga jalan protokol.

“Di Mojokerto sudah tiga hari, kita keliling terus mulai Jalan Majapahit, Jalan Bhayangkara sampai perkampungan Jagalan sana,” tambahnya.

Kendati penghasilan yang didapat dari mengamen tidaklah lebih besar dari job menghibur dalam sebuah acara, atau undangan dari cafe ke cafe, hotel ke hotel yang mencapai ratusan ribu setiap jamnya. Mereka saat ini tetap akan berkeliling dari kota ke kota untuk tetap mengamen di jalan raya.

“Dibandingkan ngamen, sebenarnya lebih baik undangan. Sekali main perjam di kampung-kampung Rp500 ribu per satu jam. Kalau ngamen gak tentu, kadang dapat banyak, kadang gak. Paling banyak Rp1 juta atau Rp800 ribu perhari, paling sdikit Rp500 ribu atau Rp600 ribu perhari selama 10 jam,” tandasnya.

Sementara, Liesawati, 49 tahun salah satu warga yang memberikan ampaunya ke seniman barongsai yang menghampiri cafe nya di Jalan Bhayangkara ini mengaku prihatin dengan kondisi sekarang.

Pasalnya, dengan adanya pandemi membuat pekerja seni barongsai harus rela turun ke jalan untuk mengamen. “Kasihan, prihatin saya. Semoga segera berlalu pandemi ini. PPKM juga berakhir, biar bisa menikmati lagi kegiatan barongsai. Mereka pekerja barongsai juga jadi tidak turun ke jalan untuk cari nafkah,” memungkasi.(fad/Sam)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :