Atap Sekolah MI Roboh Disapu Angin, Siswa di Mojokerto Belajar Diluar Kelas

Atap ruangan kelas V dan VI MI Roudlotul Muttalim, Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto rusak setelah diterpa angin kencang, awal November lalu. Akibatnya, puluhan siswa harus diungsikan dan menerima pembelajaran di luar kelas.

Bukan hanya ruang kelas V dan VI MI Roudlotul Muttalim yang rusak, akibat terpaan angin pada Kamis (4/11) lalu kantor guru, perpustakaan juga tak lagi bisa digunakan. Beruntung, saat atap ruang kelas roboh tidak ada kegiatan belajar-mengajar.

Muhammad Syarifudin Wali Kelas V mengatakan, ada empat ruangan yang rusak dan tak bisa digunakan, sehingga memaksa sejumlah siswa dan siswi tetap melakukan pembelajaran meski di luar kelas.

Dia mengatakan, insiden kerusakan ruangan terjadi pada Kamis (4/11) lalu. Saat itu satu kelas telah digunakan sebagai lokasi latihan ekskul drumband.

“Pas kejadian, masih ada satu guru lagi di kamar mandi. Tahu-tahu dengar suara keras. Dan, pas keluar, ternyata atap kantor sudah ambruk dan puing-puing berserakan di lantai,” ungkapnya Kamis (18/11/2021).

Setelah kejadian ambruk, pihak sekolah langsung melaporkan peristiwa itu ke pengawas MI di Kecamatan Jetis. Pengawas MI kecamatan pun mendatangi lokasi enam hari usai atap ruangan ambruk.

Sejak diterpa angin di ruang guru, kondisi semakin parah, usai Minggu, (14/11/2021) hujan deras kembali mengguyur wilayah Kabupaten Mojokerto. Hingga membuat lantai air tergeneng air hujan, serta salah satu ruang kelas tergenang air hujan dan membuat atap rusak pun semakin bertambah ke ruang perpustakaan.

Dia menjelaskan, sejulau ruang yang tersapu angin merupakan bangunan lama. Yakni sekitar tahun 1960 dan terakhir di direnovasi pertama tahun 2009.

Untuk membuat keinginan siswanya kembali menerima pembelajaran di dalam kelas yang layak. Pihak sekolah sempat membuka donasi ke para wali murid, guru-guru, dan warga sekitar untuk pembangunan atap.

Hanya saja, hingga saat ini uangnya tidak cukup. Lantaran, siswa-siswa tersebut berasal dari kalangan ekonomi menengah ke bawah.

“Iya sempat donasi, swadaya ke wali murid, guru-guru dan warga setempat. Tapi tidak cukup, jadi anak-anak kelas V dipindah ke ruang komputer dan kelas VI ke teras,”tandasnya.(fad/Sam)

Baca juga :