Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Mojokarto pada Minggu siang hingga malam hari ini, membuat alat Early Warning System (EWS) berbunyi. Hal tersebut menandakan jika debit air mulai melebihi ambang batas alias waspada.
BPBD Kabupaten Mojokerto sendiri diketahui telah memasang sebanyak lima EWS banjir di sejumlah titik diantaranya berada di aliran Sungai Brangkal.
Pada Minggu Minggu (10/01/2022) sore
sirine pada alat EWS yang terletak di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko, meraung keras ketika hujan deras mengguyur wilayah Mojokerto.
“Sirine berbunyi dua kali, yang terakhir kemarin sekitar pukul 16.00 WIB saat itu debit air memang semakin tinggi,” ungkap salah seroang warga sekitar bernama Muhammad Romeo, Senin (11/01/2022)
Menurut dia, sirine tersebut berbunyi cukup keras saat debit air semakin tinggi. Terlebih sungai Brangkal merupakan sungai penampungan dari berbagai daerah atas.
Dirinya mengaku sempat mengecek bersama warga sekitar di aliran sungai saat Early Warning System (EWS) berbunyi, hal tersebut untuk memastikan kondisi air sungai.
” Saya sempat mengecek ke sungai, tapi karena pada saat itu jarak antara sungai dari tebing masih lumayan tinggi jadi warga tidak seberapa takut, tapi warga juga berwaspada tentunya,” ungkapnya.
Dirinya menambahkan jika sirine EWS tersebut baru pertama kali berbunyi memberikan peringatan sejak di pasang sejak akhir 2021.
Sementara itu Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggungan Bencana Daerah Kabupaten Mojokerto meminta jika alat Early Warning System (EWS) berbunyi agar masyarakat sekitar segera meninggalkan lokasi dan berkumpul dititik kumpul yang lebih aman.
Dia menjelaskan, jika sistem peringatan dini bencana banjir atau EWS berbasis curah hujan dan level ketinggian permukaan air sungai itu tersebar di lima titik aliran sungai.
Diantaranya di aliran Sungai Dawuhan, Desa Padusan, Kecamatan Pacet (Wanawisata Padusan); Sungai Kromong, di Dusun Nono, Desa Kemiri, Kecamatan Pacet; aliran Sungai Roban, Desa Sumberjati, Kecamatan Jatirejo; aliran Sungai Brangkal di Desa Sambiroto, Kecamatan Sooko; dan aliran Sungai Jedong di Dusun Watusari, Desa Wotanmasjedong, Kecamatan Ngoro.
“Masing-masinh sensor rata-rata memiliki batas aman kurang lebih 3 meter. Jarak dihitung antara tinggi permukaan air dan sensor,” terangnya.
Dikatakannya, terdapat satu unit EWS di aliran Sungai Klorak, Desa Kalikatir, Kecamatan Gondang. Namun, disinyalir alat yang diperoleh dari hibah Lembaga Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID) itu sudah tidak berfungsi.
“Yang di Kalikatir itu hibah dari USAID ke desa, kayaknya itu sudah rusak. Jadi yang bunyi cuma di Sambiroto saja. Sebenarnya ada satu EWS bencana longsor di Dusun Mrasih, Desa Kemiri, Kecamatan Pacet, tapi itu milik BPBD Prov Jatim,” urai Djoko.
Hujan lebat yang menguyur wilayah Mojokerto pada Minggu (09/02/2022) yang berlangsung sejak siang hingga sore hari membuat sejumlah sungai meluap. Bahkan air sampai masuk ke pemukiman warga dan mengenangi hektaran sawah.
Dari data yang di dapat dari Badan Penanggungan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto. Terdapat beberapa sungai yang meluap, diantaranaya aliran anak Sungai Sadar yang ada di kawasan Kecamatan Mojoanyar. Hingga meluap dan membanjiri perkampungan dan hektaran areal sawah.
Terdapat empat yang terdampak banjir luapan sungai tersebut. Yakni, Dusun Ngengor dan Dusun Babatan di Desa Ngarjo, Desa Mojogeneng, Desa Sadartengah, hingga Desa Wunut, di Kecamatan Mojoanyar.(fad/Sam)
Baca juga :