Pemerintah Kota Mojokerto menggelar kegiatan belajar aksara Jawa kuno. Acara yang diadakan di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Mojokerto, Jumat (20/5) itu merupakan upaya melestarikan sejarah Kerajaan Majapahit.
Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari menyampaikan sebagai pewaris Kerajaan Majapahit, warga Kota Mojokerto harus mampu menggali seluruh potensi untuk kembali menggaungkan kebesaran Majapahit, sekaligus menjadikan Kota Mojokerto memiliki keunggulan dan daya saing.
“Warisan budaya dari leluhur-leluhur kita Majapahit harus terus kita lestarikan, maka pengajaran di generasi muda anak-anak didik yang ada di sekolah terkait bahasa daerah, terkait warisan budaya dan terkait menghargai sejarah leluhur,” jelas Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita dikutip dalam keterangan tertulis, Senin (23/5/2022).
Ning Ita menambahkan dengan mengenalkan kepada generasi muda, warisan sejarah dan budaya tidak akan menjadi punah karena estafet pelestarian budaya dari generasi pendahulu dapat diteruskan.
“Implementasi pengajaran warisan sejarah dan budaya salah satunya adalah dengan kegiatan pembelajaran kepada para guru dan komunitas tentang bahasa Jawa kuna ini,” sebut Ning Ita.
Ia mengungkapkan untuk menguatkan citra Kota Mojokerto sebagai Kota Pariwisata berbasis sejarah dan budaya, nantinya akan ada papan nama jalan dengan aksara Jawa.
“Sekarang kita pilih jalan protokol dulu, di mana disitu ada bangunan yang memang layak untuk dikunjungi sebagai salah satu bangunan dengan arsitektur Majapahit seperti di Jalan Hayam Wuruk ada rumah rakyat yang sekarang tampilan yang sudah tampilan desain Majapahit. Kemudian Jalan Gajah Mada di sana sudah ada kantor wali kota dengan pendopo,” tutur Ning Ita.
Sementara itu, dalam laporannya Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Amin Wachid menyampaikan kegiatan belajar aksara Jawa kuno tersebut diikuti oleh 40 orang yang terdiri para guru serta anggota komunitas pegiat aksara Jawa di Kota Mojokerto. Narasumber yang dihadirkan yakni Rendra Agusta yang merupakan peneliti naskah kuno permuseuman dan kepurbakalaan Yogyakarta.(fad/Sam)
Baca juga :