Proyek Rusunawa Mojokerto Rampung, Pekerja Ninggal Hutang di Warung Puluhan Juta

Pemilik warung makan di sekitar Rusunawa Kota Mojokerto mengeluhkan banyaknya hutang dari pekerja proyek yang belum terbayar hingga Rp 36 juta. Padahal, proyek pembangunannya sudah selesai dan pekerjanya pun sudah tidak ada.

Para pemilik warung, termasuk pengusaha rumah kos yang ditempati pekerja dan belum dobayar ini pun harus menagih kemana.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, hutang yang ditinggalkan pekerja sebesar Rp 36 juta ini terbagi di tiga warung yang selama ini menjadi langganan para pekerja proyek untuk makan dan minum.

Suparmi, salah seorang pemilik warung nasi yang jaraknya hanya 10 meter dari Rusunawa mengatakan, dia bersma suaminya buka warung sejam Agustus 2018.

Awalnya dia hanya jual ketan, tempe penyet dan gorengan. Namum saat pembangunan proyek rusunawa dimulai, dia didatangi mandor dan diminta menyediakan menu untuk makan minum anak buahnya.

“Saya diberi uang Rp 1 juta oleh Pak Darminto, ngakunya mandor proyek pembangunan rusunawa, supaya anak buahnya bisa makan di sini dengan lauk seadanya,” ungkapnya.

Suparmi juga mengatakan, jumlah pekerja proyek rusunawa lebih dari 20 orang. Dalam sehari, setiap pekerja makan di warungnya 3-5 kali. Mereka juga mengambil rokok, kopi, es, dan gorengan, karena mandor proyek tak membatasi makan anak buahnya.

“Awalnya pembayaran lancar. Pak Darminto membayar utang pekerjanya tiga minggu sekali. Sekali bayar paling sedikit Rp 18 juta, paling banyak Rp 33 juta,” terangnya.

Sementara mulai bulan April 2019, menjelang proyek selesai pembayarannya mulai tersendat. Hutang 15 pekerja proyek mencapai Rp 8,73 juta. Sedangkan selama Mei 2019, utang 10 pekerja mencapai Rp 6,941 juta. Selain itu, utang seorang pekerja pengecatan selama Mei 2019 Rp 207 ribu. “Tunggakan di warung saya totalnya Rp 15.878.000. Saat itu saya tagih ke Pak Darminto katanya gajian karyawan belum cair,” katanya.

Hingga akhirnya, saat proyek rusunawa selesai dab para pekerja proyek pulang ke daerah masing-masing pada 3 Juni 2019. Mandor Darminto pamit sambil menyerahkan uang Rp 2 juta dan sepeda motor Suzuki Satria FU beserta STKN-nya.

“Janjinya Pak Darminto ke sini lagi untuk melunasi dan ambil motornya, tapi sampai sekarang tidak pernah ke sini,” keluhnya.

Selain di.warung Suparmi, pekerja proyek rusunawa juga menumpuk utang di warung Susi Jayanti (37) dengan total utang para pekerja mencapai Rp 8,299 juta. “Awalnya mandor Ibrahim ke sini akan tanggung jawab atas semua utang pekerjanya. Tapi brlum pernah dibayar sama sekali,” jelasnya.

Hutang para pekerja juga menunggak di warung milik Agus Hartini sebesar Rp 9,646 juta dan biaya sewa kamar kos senilai Rp 1,4 juta di rumah kos Susio dan Rp 900 ribu di rumah kos milik Hari juga belum dibayar. Sehingga total tunggakan para pekerja proyek mencapai Rp 36,123 juta.

Menyikapi hal ini, Hatta Amrulloh, Kabag Humas Pemkot Mojokerto mengatakan, pembangunan rusunawa dilaksanakan oleh Kementerian PUPR melaluu pelaksana proyek PT Mina Fajar Abadi.

Meski demikian, pihaknya tetap mengupayakan agar tunggakan dibayar oleh pihak rekanan. Karena para pemilik warung dan rumah kos adalah warga Kota Mojokerto. “Ada dana jaminan pekerjaan untuk masa pemeliharaan Rp 1 miliar lebih yang masih di Kementerian PUPR. Nantinya dana itu bisa diambil pihak rekanan jika semua proyek sudah tuntas, termasuk urusan dengan warung dan lain-lain,” pungkasnya.(sma/udi)

Baca juga :