Peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto memang tidak hanya berupa candi dan situs atau bekas bangunan di masa lampau. Namun juga meninggalkan berbagai adat istiadat dan juga kuliner yang sangat khas.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, ada kuliner khas Majapahit yang berupa tumpeng empat warna atau yang disebut Tumpeng Paripurna.
Selain rasanya yang lezat, tumpeng ini memiliki empat warna dan dilengkapi dengan berbagai lauk pauk berupa olahan daging ayam, sapi, serta telur puyuh.
Tumpeng Paripurna ini terus dilestarikan sekaligus dijadikan potensi wisata di kawasan Bejijong Trowulan. Salah satunya dengan menggelar Festival Tumpeng Paripurna.
Tim Pengembangan Program Desa Mitra (PPDM) Universitas Surabaya (Ubaya) berupaya membangkitkan potensi wisata Desa Bejijong melalui kuliner khas Kampung Majapahit ini.
Festival Tumpeng Paripurna digelar di Sanggar Seni dan Budaya Bhagaskara, Jalan Kebudayaan 3, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten, Minggu (18/8/2019).
Pembimbing Tim PPDM Ubaya, Veny Megawati mengatakan, Festival Tumpeng Paripurna ini untuk menumbuhkan adanya kuliner lokal untuk Desa Bejijong. “Tumpeng Paripurna ini terdiri dari empat warna, dilengkapi bumbu jangkep. Serta didukung dengan snack dan minuman,” katanya.
Veny juga mengatakan, untuk snack yang disiapkan adalah wajik, makanan khas berbahan ketan. Sementara, minumannya berbahan olahan legen serta kolang-kaling yang diangkat dari buah siwalan. “Ini khas Kerajaan Majapahit, kalau warna tum3eng bebas,” tambahnya.
Veny juga mengatakan, rencananya festival ini akan dijadikan event Minggu Legi-an. “Jadi setiap Minggu Legi kita akan menggelar pasar tradisional yang mengangkat kearifan lokal Desa Bejijong itu sendiri. Diharapkan, mulai tumbuh desa wisata yang berbasis kearifan lokal di Trowulan,” tegasnya.
Di event pasar tradisional Minggu Legi ini, tidak hanya menjual makanan khas Majapahit. Namun, juga berbagai produk lokal, baik berupa souvenir maupun produk-produk kerajinan tangan asli Trowulan.
Sedangkan transaksi jual belinya, para pembeli harus menggunakan koin khusus yang sudah disediakan. “Karena produk lokal di Trowulan ini merupakan kerajinan cor, maka mata uang yang digunakan untuk transaksi di pasar tradisional menggunakan koin cor-coran. Jadi yang ingin belanja harus menukarkan uang rupiahnya dengan uang koin cor. Ini yang menjadikan khas di pasar tradisional Minggu Legi ini,” jelasnya.
Sementara alasan memilih Desa Bejijong sebagai lokasi pasar tradisional Minggu Legi, karena PPDM Ubaya melihat potensi Desa Bejijong sangat besar.
Desa ini berada dekat dengan peninggalan Majapahit, seperti Candi Brahu, Siti Inggil dan beberapa situs lainnya, juga dekat dengan lokasi wisata Budha Tidur.
“Karena kami melihat potensi yang luar biasa dari Majapahit. Jadi mulai rumah Majapahit di desa ini lebih dari 200 unit. Kemudian dekat dengan wisata Budha Tidur, serta Industri di sini yang sangat bagus, itu sudah menjadi dasar wisata yang sangat bagus. Tinggal bagaiamana kita mengemas saja,” pungkasnya.(sma/udi)
Baca juga :