Setiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai Hari HIV AIDS sedunia atau World Aids Day 2019. HIV merupakan kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus yang artinya Virus yang mengurangi kekebalan tubuh manusia.
Kalau kondisi ini dibiarkan, virusnya akan semakin banyak dan bakal menjadi Aids atau Acquired Immuno Deficiency Syndrome. Jika HIV adalah virus yang menyebabkan infeksi, maka AIDS adalah kondisi atau sindrom, kumpulan gejala penyakit.
Menurut data yang dihimpun Kementerian Kesehatan, dari 2009 sampai 2019 ini, ada beberapa profesi dengan pengidap HIV-AIDS terbanyak. 5 di antaranya, Tenaga non profesional atau karyawan sebanyak 17.887 jiwa, Ibu rumah tangga 16.854 jiwa, Wiraswasta 15.235 jiwa, Petani/peternak/nelayan 5.789 jiwa, serta Buruh kasar sebanyak 5.417 jiwa.
Pengidap HIV di Indonesia dilaporkan berjumlah 349.882 jiwa dan AIDS sebanyak 117.064 jiwa. Sedangkan jumlah kasus HIV tertinggi berada DKI Jakarta sebanyak 62.108 jiwa dan AIDS terbanyak yakni Papua sebesar 22.554 jiwa.
Prof Dr dr Sjamsurizal, SpPD, Ketua Panel Ahli HIV-AIDS PIMS mengatakan, kebanyakan para pasien HIV mengunjungi fasilitas kesehatan saat kondisinya sudah serius yang membuat penyakitnya lebih sulit ditangani.
“Mereka biasanya tidak mau periksa saat belum ada gejala yang muncul. Ini karena faktor pertama, mereka tidak mengerti atau kedua, mereka malu memeriksakan diri,” katanya, Rabu (27/11/2019).
Padahal, penyakit ini bisa terkontrol dan harapan hidup pengidap HIV hampir sama dengan seseorang yang belum tertular. Semua orang bisa kena, apalagi jika memiliki faktor risiko.
Sementara itu, Anung Sugihantono, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes mengatakan, agar kelompok yang aktif secara seksual untuk sering memeriksakan diri. Juga kepada yang lainnya untuk tidak memberikan stigma karena setiap orang punya risiko. (sma/adm)
Baca juga :