Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspress, Pos, dan Logistik (Asperindo) Jawa Timur terus berupaya meningkatkan kualitas jasa pengiriman bagi anggotanya. Salah satunya dengan menggelar sosialisasi Dangerous Goods atau barang yang berpotensi beresiko. Baik bagi pengirim atau jasa pengiriman, bahkan beresiko bagi masyarakat.
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, sosialisasi Dangerous Good sekaligus Family Gathering diikuti 45 perusahaan jasa pengiriman, seperti JNE, J&T, Cito Xpress dan beberapa jasa pengiriman lainnya. Acara digelar di Warung Desa di Trawas Mojokerto, Sabtu (30/11/2019).
R.Pontjo Eddy Witjaksono, Sekretaris DPW Asperindo Jatim sekaligus ketua panitia mengatakan, perusahaan jasa pengiriman selalu dihadapkan dengan barang yang beresiko. Yakni barang yang dilarang untuk dilakukan pengiriman, kecuali harus memenuhi standar pengemasan.
Kata Pontjo, ada banyak barang yang rawan pecah, rawan rusak atau rawan meledak, atau bahkan barang yang benar-benar dilarang. Hal inilah yang harus dipahami anggota. “Ada syarat-syarat tertentu agar barang kiriman ini akan dan tidak ditolak pihak bandara maupun airlines. Pemahaman inilah yang disosialisasikan ke anggota,” ungkapnya.
Sementara Ardito Soepomo, Ketua DPW Asperindo Jawa Timur mengatakan, Asperindo akan terus melakukan peningkatan kualitas bagi semua anggota yang jumlahnya mencapai 120 perusahaan Jawa pengiriman di Jatim. “Program Asperindo Jatim cukup banyak, hampir setiap dua bulan sekali. Kita ingin semua anggota lebih proffesional, khususnya mengantisipasi adanya barang beresiko ” katanya.
Ardito juga mengatakan, Asperindo sudah kerjasama dengan BNNP Jatim untuk mengantisipasi adanya pengiriman narkoba melalui jasa pengiriman. “Memang sulit mendeteksi Narkoba yang dikirim melalui Jawa pengiriman. Tapi kita sudah kerjasama dengan BNNP dan dilatih untuk mendeteksi awal. Kalau ada yang mencurigakan kita panggil BNNP,” tambahnya.
Sementara mengenai potensi dan tantangan perusahaan jasa pengiriman kedepannya, Menurut Ardito, tantangannya jelas akan semakin berat. Di antaranya karena adanya kenaikan surat muatan udara (SMU) naik hingga 300 persen pada tahun ini. “Tahun ini pengiriman via udara turun drastis hingga 60 persen, karena kenaikan SMU ini,” terangnya.
Selain itu, Ardito juga mengatakan adanya ancaman masuknya perusahaan jasa pengiriman dari luar negeri yang satang dengan modal besar. “Asosiasi minta adanya protek dari pemerintah. Misalnya, aturan yang harus disesuaikan atau menggandeng putra daerah,” tambahnya.
Sementara itu, Asperindo juga berharap adanya kolaborasi Antar perusahaan yang tergabung dalam ornganisasi agar saling membantu dan memberi solusi satu sama lain. “Kita ingin bersanding bukan bersaing, agar bisa saling membantu dan memberi manfaat,” pungkasnya.(sma/udi)