Puluhan Warga di Mojokerto Demo Depan Pabrik Beton, Ini Tuntutannya

Puluhan masa yang mengatasnamakan warga “Sumberwono Bergerak” Kecamatan Bangsal, Kabupaten Mojokerto melakukan aksi didepan pabrik beton PT. Beton Prima. Selain memblokade akses jalan pabrik, aksi saling dorong sempat terjadi.

Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, aksi saling dorong antara kepolisian dengan warga, berawal saat petugas membuka pintu gerbang utama untuk memberikan jalan perwakilan masa melakukan audensi. Puluhan warga berusaha masuk ke dalam area pabrik.

Aksi saling dorong antara warga dengan petugas kepolisian pun sempat terjadi. Meski akhirnya masa yang didominasi oleh pemuda dan juga emak-emak berhasil dikendalikan oleh petugas kepolisian yang melakukan penjagaan.

Dalam aksi kali ini, puluhan warga Desa Sumberwono menuntut penutupan pabrik beton. Jika beberapa tuntutan warga tidak tidak terealisasi, mereka mengancam akan menduduki pabrik.

Seperti, hapus gaji pekerja yang sehari hanya Rp 90 ribu dan diganti dengan gaji UMK Kabupaten Mojokerto sesuai peraturan pemerintah, juga kompensasi terhadap lingkungan.

Saiful Hidayat, Kordinator aksi mengatakan, selama ini pihak pabrik tidak pernah menghargai masyarakat. Terlebih dalam beberapa kali mengingkari kesempatan yang telah dibuat.

“Tuntutan kita banyak, yang jelas pihak pabrik hingga hari ini telah ingkar dan sudah tak menghargai masyarakat sekitar,” terangnya, Rabu (13/8/2020)

Dalam aksi kali ini masyarakat Desa Sumberwono menuntut penghapusan gaji pekerja yang dinilai cukup minim, juga tidak adanya sumbangsih terhadap lingkungan.
[sc name=”iklan-sisipan”]
Saiful yang juga mantan Kepala Desa Sumberwono mengatakan, masyarakat juga meminta terkait perjanjian pabrik PT Beton Prima, yang akan memperkerjakan masyarakat sekitar 40 persen.

“Sesuai dengan perjanjian, seharusnya 40 persen pekerja pabrik PT Beton ini dari masyarakat sekitar. Namun, pihak pabrik malah memilih memperkerjakan masyarakat luar,” tegasnya.

Dilain sisi, pabrik PT Beton Prima selama ini menggaji pekerjanya di bawah rata-rata yakni Rp 80 ribu perhari. Sehingga banyak masyarakat yang memilih keluar.

“Lah itu sudah pelanggaran yang nyata. Masyarakat meminta sesuai dengan UMR. Sudah ratusan yang keluar bahkan di keluarkan. Sebab masyarakat juga tak betah dengan gaji yang sekian,” tegasnya.

Warga mengancam akan menduduki bahkan menutup pabrik PT. Beton Prima, jika tidak segera menemui dan menuruti apa yang menjadi tuntutan masyarakat.

“Kita akan duduki dan menutup jika aspirasi kita tidak dituruti. Sebab sudah 4 kali ini pihak pabrik mengingkari janji,” tegasnya.

Menanggapi tuntutan warga, Hugo, HRD Manager holding BPI menjelaskan, apa yang menjadi tuntutan warga dalam demo kali ini tidak berdasar. Sebab dari tiga tuntutan yang di sodorkan, telah dipenuhi oleh pihak pabrik. Termasuk tentang upah pekerja.

“Setelah dilakukan pengecekan, ternyata semua Karyawan BPI sudah menerima UMR dan salah satu tuntutan dalam demo tentang upah yang diterima pekerja sebesar 90rb/100rb per hari, ternyata adalah upah pekerja borongan yang dimaksud. Tentunya itu menjadi ranah BPI,” ujarnya, Rabu(13/8/2020).

Pihaknya juga telah memastikan, lebih dari 30% tenaga kerjanya telah melibatkan penduduk sekitar & warga Sumberwono. Bahkan info PT. SNS sebagai outsourcing, tenaga borongan juga sudah mengutamakan warga Sumberwono sampai 70%.

Tak hanya itu, pihak BPI juga sudah memberikan dana kompensasi lingkungan yang cukup besar tiap 2 tahun kepada pihak Dusun Wonokerto dan Desa Sumberwono, sebagai salah satu bentuk CSR. (sma/udi)

Baca juga :