Lembaga filantropi, Global Wakaf ACT bersama Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) dan Gema Petani, menggelar Gebyar Tanam Padi di Dusun Tumpangsari, Desa Jiyu, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (26/12/2020).
Informasi yang dihimpun suaramojokerto.com, Gebyar Tanam Padi ini bertujuan untuk meningkatkan kedaulatan pangan umat, melalui peningkatan kesejahteraan petani.
Tahap pertama, pengelolaan Wakaf Sawaf Produktif (WSP) ini dilaksanakan di Jawa Timur dengan pahan seluas 500Ha yang tersebar di Mojokerto, Sidoarjo, Ponorogo, Pasuruan dan Malang.
“Kita bertekad memperjuangkan kesejahteraan para petani. Niat dan semangat besar itu dimulai dari sini, Dusun Tumpangsari,” jelas Ahyudin, Presiden Global Islamic Philantropy (GIP) sekaligus Ketua Dewan Pembina Global Wakaf – Aksi Cepat Tanggap (ACT).
Ahyudin juga mengatakan, melalui WSP ini, akan dibangun kembali kebanggaan Bangsa Indonesia sebagai Bangsa agraris. “Bangsa kita harus punya kekuatan pangan yang hebat. Karena dengan demikian, kita akan menjadi bangsa yang berdaulat. Kemudian bisa membantu bangsa lain yang kesulitan,” tegasnya.
Sementara dalam kegiatan WPS ini, para petani pemilik lahan akan disiplai berbagai kebutuhan tanamnya, mulai dari bibit, biaya garap sawah hingga pupuk dan penangkal hama.
Hasil produksi berasnya juga akan dibeli oleh ACT dengan sistem bagi hasil, dan oleh ACT hasil produksi Wakaf Sawah Produktif ini akan didistribusikan untuk masyarakat luas juga disalurkan ke berbagai pesantren. “Ini merupakan bagian dari komitmen kita mendukung para santri dan ulama sebagai para penjaga agama,” tegasnya.
Sementara itu, pembina YP3I Abuya KH. Mahfudz Syaubari mengatakan para petani adalah pahlawan yang sebenarnya. “Karena pertanian adalah pondasi kehidupan di dunia ini. Maka dengan demikian, para petani adalah pahlawan yang menyelamatkan kehidupan,” ungkapnya.
[sc name=”iklan-sisipan”]
KH. Mahfudz juga mengatakan, program WPS ini akan dijalankan dengan menggunakan inovasi pertanian yang melibatkan profesor ahli pertanian. Sehingga, hasil tanam per heltare yang biasanya sekoitar 5-7 ton bisa mencapai 16 ton. “Karena itu, berkat inovasi para profesor ahli pertanian, sawah ini insya Allah bisa menghasilkan 16 ton perhektar,” tambahnya.
Karena melalui berbagai penelitian yang dilakukan ahli pertanian di YP3I, telah dihasilkan varietas unggul, pupuk terbaik, penghalau berbagai hama dan teknologi pertanian yang akan memudahkan para petani.
Wakaf Sawah Produktif ini melibatkan 3.000 petani, 22.500 tenaga kerja. Selain itu ada 2.500 pesantren yang terberdayakan dengan 23.500 santri yang menerima manfaat perbulan. Di luar itu, ada 440.474 KK yang menjadi penerima manfaat.
Acara Gebyar Tanam Padi ini juga dihadiri KH. Abdul Adzim ketua PCNU Mojokerto sekaligus ketua Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdatul Ulama (LPPNU), Kepala Desa Jiyung, Ali Imron, Danramil serta perangkat pemerintahan lainnya.
Ketahanan pangan menjadi isu serius di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini. Pasalnya, krisis ini telah membuat banyak orang terpaksa diberhentikan bekerja dan pemerintah pun dalam membantu masyarakat, telah mengirimkan berbagai bantuan sosial pangan.
Tantangan kebutuhan pangan ini pun dijawab oleh Global Wakaf – Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang telah meluncurkan program Masyarakat Produsen Pangan Indonesia (MPPI) yang memberdayakan petani lokal. Para petani akan dimodali, kemudian haisl panen akan kembali dibeli ACT dengan harga terbaik.(sma/udi)
Baca juga :