Unik dan Langka, Ditemukan Arca Garuda di Situs Petirtaan Jombang

Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur menemukan arca Garuda yang menempel kuat di salah satu dinding pembatas area Situs Petirtaan Sumberbeji, Jombang. Hal ini tergolong unik dan langka, dan di Bawa Timur baru pertama kali ini ditemukan.

Andi Muhammad Said, Arkeolog yang juga Kepala BPCB Jatim mengatakan, arca Garuda yang masih menempel kuat di dinding pembatas area Situs ini belum ada di tempat lain. “Itu hal baru di Jawa Timur, belum pernah ditemukan seperti itu (menempel di area petirtaan) dan belum ada di tempat lain,” ungkapnya, Rabu, 30 Oktober 2019.

Menurut Said, selama ini arca Garuda yang pernah ditemukan, kondisinya terpisah atau tidak menempel di bangunan cagar budaya, khususnya petirtaan atau pancuran air kuno.

“Ada, tapi tidak di pancuran dan terpisah atau lepasan, enggak menyatu dengan bangunan,” tambahnya.

Burung Garuda, selama ini banyak tergambar dalam relief-relief termasuk di candi. Sehingga, adanya temuan arca Garuda di petirtaan ini perlu dikaji. “Kebanyakan berupa relief, bukan arca,” ujarnya.

Said juga mengatakan, ada kemungkinan Situs Petirtaan di Jombang ini dibangun sebelum masa kerajaan Majapahit dan masih dirawat di zaman Majapahit yang berkuasa di abad 12 hingga 15. Karena ada temuan arca Garuda maupun pecahan keramik porselen khas dinasti Tiongkok.

Sementara Arca Garuda atau Garudeya yang ditemukan tersebut berbentuk burung setengah manusia. Ia memiliki paruh dan sayap namun tangan, badan, dan kakinya berupa manusia.

Arca Garuda itu terbuat dari batu andesit dan menempel di dinding pembatas sebelah barat pada area situs petirtaan yang terbuat dari batu bata. Arca menghadap ke timur dan menoleh ke kiri atau utara dengan tangan kiri diangkat dan memegang kendi kecil. Dan di bagian kendi terdapat lubang tempat memancurnya air.

Namun, saat ditemukan, lubang pancuran air pada kendi tersebut tidak berfungsi. Sedangkan kaki kirinya menginjak kepala ular dan tangan kanannya memegang ekor ular yang diinjak.

Wicaksono Dwi Nugroho, Arkeolog BPCB Jawa Timur yang memimpin ekskavasi Situs Sumberbeji mengatakan, reka adegan Garuda memegang kendi dan menginjak ular tersebut diduga terkait kisah pencarian air suci untuk keabadian menurut kepercayaan Hindu yang dikisahkan dalam Mahabharata.

“Kisah tersebut dikenal dengan istilah Samudra Manthana atau pengadukan lautan susu,” ujar Wicaksono.

Kata Wicaksono, cerita singkatnya, para dewa dan raksasa berusaha mencari air suci agar kekal abadi melalui proses pengadukan lautan susu. Tokoh Garuda mencari air suci di kahyangan untuk dipersembahkan para Naga sebagai syarat untuk membebaskan ibunya, Winata, dari perbudakan yang dilakukan Kadru dan para Naga.

“Kendi berisi air yang dibawa Garuda itu ibarat air suci yang akan dipersembahkan pada para Naga,” Berita Wicaksono.(sma/udi)

Baca juga :