Aksi unjuk rasa yang dilakukan para driver GoCar Mojokerto yang menuntut insentif hingga mengancam akan menutup kantor cabang dinilai tidak tepat.
Karena, kerjasama antara perusahaan penyedia jasa berbasis teknologi dengan mitranya, seperti antara driver GoCar dengan Perusahaan Gojek dapat berjalan jika mitra menyetujui persyaratan dan besaran pembayaran yang ditentukan oleh perusahaan.
Prof. Daniel M Rosyid, Pengamat Teknologi Informasi Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) mengatakan, jika driver menolak atau tidak sepakat dengan apa yang ditetapkan perusahaan, driver dapat menghentikan kerja sama.
“Memang model bisnis perusahaan IT begitu. Driver boleh menuntut, dan kalau tidak diindahkan, boleh berhenti bekerja sebagai driver,” ujar Daniel saat dihubungi, Rabu (27/11/2019).
Menurutnya, kemitraan tersebut hanya bisa berlanjut jika terdapat pembagian keuntungan dan biaya yang adil bagi kedua belah pihak. Jika tidak, perusahaan akan mati yang mengakibatkan kerugian bagi semua pihak, termasuk konsumen.
“Harus ada sharing of profit and cost yang adil. Kalau tidak, ya bisnis tadi akan mati cepat atau lambat,” ujarnya.
Sebelumnya, ratusan pengemudi GoCar di Mojokerto berunjuk rasa di depan kantor cabang Gojek di Mojokerto, Jawa Timur. Para mitra ini memprotes pemangkasan insentif harian yang dinilai membuat mereka merugi.
Driver menuntut Gojek mengembalikan skema insentif yang lama dan meminta perusahaan mengembalikan akun driver yang telah diputus mitra (PM). Jika tuntutan mereka tidak dipenuhi, para pengemudi GoCar mengancam menutup paksa kantor cabang Gojek di Mojokerto.
Aksi driver GoCar Mojokerto ini mendapat kritikan dari rekan sesama mitra, salah satunya Budi. Menurutnya, tuntutan yang dilakukan driver GoCar tersebut sah-sah saja dan dapat dimaklumi. Namun jangan sampai menutup operasional Gojek.
“Saya pribadi, daftar menjadi mitra Gojek karena ingin mencari pekerjaan yang lain daripada yang lain. Kalau menuntut ditutup karena penurunan insentif, ini kurang tepat. Insentif itu kan hak dan wewenang pihak perusahaan Gojek. Bonus diharapkan memicu driver melayani lebih banyak konsumen,” kata driver yang beroperasi di Mojokerto itu.
“Tapi kalau sampai meminta ditutup, dampaknya tidak hanya ke driver GoCar yang tidak setuju, nanti GoRide dan layanan lain juga terancam tidak beroperasi dan banyak yang kehilangan pekerjaan,” tandasnya.(sma/udi)
Baca juga :